-->

Minggu, 30 Mei 2010

Keselamatan Kerja di Laboratorium


Kegiatan praktikum memang sangat menyenangkan. Kadangkala, karena terlalu asyik siswa menjadi kurang hatihati. Padahal dalam praktikum kadang digunakan alat dan bahan yang harus diperlakukan dengan hati-hati, misalnya karena mudah pecah atau bahkan berbahaya. Kecelakaan pada saat praktikum dalam laboratorium dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang digunakan. Bahan-bahan kimia ada yang mudah terbakar, beracun, korosif (merusak), dan mudah meledak. Sekarang akan dibahas mengenai sifat bahan-bahan kimia tersebut satu persatu. Hal ini dilakukan agar kamu dapat lebih hati-hati dan menghindari bahaya yang dapat terjadi.
1. Bahan Kimia yang Mudah Terbakar
Dalam kegiatan praktikum mungkin digunakan spiritus, alkohol, dan eter. Tahukah kamu bagaimanakah sifat bahanbahan tersebut? Bahan-bahan tersebut merupakan bahan kimia yang mudah terbakar. Bahan kimia yang mudah terbakar memiliki ciri sebagai berikut.
  1. Mudah menguap dan uapnya mudah terbakar. Oleh karena itu, jika kamu membiarkan wadah bahan-bahan tersebut terbuka, terdapat dua kerugian. Pertama, bahan tersebut akan habis menguap. Kedua, uap tersebut dapat menimbulkan bahaya kebakaran.
  2. Uap bahan kimia tersebut tidak kelihatan dan mudah menyebar ke seluruh ruangan, tetapi sebagian besar berada di permukaan lantai karena lebih berat daripadavberat udara biasa. Oleh karena itu, jika terjadi kebakaran, api akan timbul dari bawah.
Agar tidak terjadi kebakaran, bahan kimia yang mudah terbakar tidak boleh dipanaskan langsung. Untuk memanaskan bahan kimia yang mudah terbakar, harus digunakan penangas air. Dengan cara demikian larutan tersebut tetap panas namun tidak akan terbakar sebab yang mengalami kontak langsung dengan api adalah penangas airnya. Jika kebakaran terlanjur terjadi, maka api yang ada harus segera dipadamkan. Nyala api yang kecil bisa dipadamkan dengan kain basah, tetapi jika api besar gunakan alat pemadam kebakaran. Laboratorium yang baik harus menyediakan alat pemadam kebakaran untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Bahan Kimia yang Beracun
Formalin merupakan salah satu bahan kimia yang sering digunakan di laboratorium untuk mengawetkan suatu spesimen. Formalin merupakan salah satu contoh bahan beracun. Selain formalin, masih ada beberapa bahan kimia beracun lainnnya yang sering digunakan di laboratorium, misalnya klorin dan arsen. Efek racun dari bahan kimia akan dapat dirasakan jika bahan kimia ini masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang melebihi batas normal. Bagaimana bahan kimia beracun dapat masuk ke dalam tubuh? Ada tiga kemungkinan masuknya bahan kimia beracun ke dalam tubuh, yaitu sebagai berikut.
a)      Melalui mulut. Hal ini dapat terjadi jika kita makan atau minum saat praktikum atau bisa juga jika setelah praktikum kita makan atau minum, tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.
b)      Melalui kulit. Dapat terjadi jika terjadi kontak langsung bahan kimia dengan kulit.
Melalui pernapasan. Bahan kimia ini jika terisap saat bernapas akan merusak organ pernapasan (paruparu) sehingga sistem pernapasan akan terganggu. Jika terbawa oleh darah maka organ-organ lain pun akan rusak karena darah akan tersebar ke seluruh tubuh.
Guna menghindari agar tidak terkena bahan kimia beracun, gunakanlah sarung tangan untuk menghindari kontak bahan kimia dengan kulit. Jangan makan dan minum saat praktikum berlangsung serta cuci tangan hingga bersih jika praktikum telah selesai. Jika perlu, gunakan masker penutup hidung dan mulut untuk mencegah terisapnya bahan kimia saat bernapas.
Jika terjadi kontak langsung bahan kimia dengan kulit, segera cuci tangan dengan air dan sabun.
3. Bahan Kimia yang Korosif
Pernahkah kamu mendengar seseorang yang terkena air keras sehingga wajah dan tubuhnya rusak? Bahan yang disebut oleh masyarakat awam sebagai air keras sesungguhnya adalah asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat merupakan salah satu bahan kimia yang bersifat korosif dan banyak digunakan di laboratorium. Selain asam sulfat, sesungguhnya masih banyak lagi bahan yang bersifat korosif yang banyak digunakan di laboratorium, misalnya asam klorida (HCl) dan asam peroksida (H2O2).
Bahan kimia korosif sesungguhnya tidak mudah terbakar, namun jika mengalami kontak dengan bahan lain dapat menimbulkan reaksi yang menghasilkan panas. Oleh karena itu, jika bahan korosif terkena bahan kimia yang mudah terbakar maka akan mudah timbul panas atau nyala api. Jika ada bagian tubuh yang terkena bahan kimia korosif, efeknya akan cepat terasa dan terlihat. Kulit yang terkena bahan kimia ini akan mengalami kerusakan, memerah, perih, gatal, atau mengalami peradangan.
Guna menghindari bahan kimia korosif, diperlukan kehati-hatian dalam menuangkan bahan-bahan tersebut. Saat praktikum, gunakan sarung tangan dan kacamata pelindung serta jas laboratorium. Namun, jika terjadi kontak dengan tubuh kita, maka segera cuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Kemudian, segera bawa ke dokter untuk diberi tindakan selanjutnya.
4. Bahan Kimia yang Mudah Meledak
Sesungguhnya jenis bahan kimia yang dapat meledak dengan sendirinya sangatlah sedikit. Namun, ada banyak bahan kimia yang jika diperlakukan kurang tepat, misalnya disimpan pada tempat yang tidak cocok atau tercampur dengan bahan lain, dapat sangat mudah meledak. Ledakan akibat bahan kimia jenis ini terjadi oleh beberapa sebab, diantaranya lain sebagai berikut.
a)      Jika bahan kimia ini disimpan di tempat yang terlalu panas atau terlalu lembap.
b)      Adanya pencampuran dengan bahan kimia lain yang mengakibatkan reaksi yang menghasilkan panas dan memicu ledakan.
c)      Prosedur yang salah saat praktikum, misalnya salah mencampur bahan atau salah memperlakukan bahan yang mudah meledak.
Praktikum dengan bahan ini, harus dilaksanakan di tempat terbuka. Gunakan masker untuk melindungi muka. Orang yang melakukan praktikum harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang bahan-bahan kimia agar tidak terjadi kesalahan prosedur saat praktikum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SILAHKAN BERI KOMENTAR