-->

Kamis, 10 September 2009

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelajaran kimia merupakan pelajaran yang baru untuk anak SMA kelas X, karena pelajaran ini belum diajarkan secara terpisah di SMP pada kurikulum 94. Pada kurikulum 2004 atau KBK siswa SMP sudah dikenalkan dengan pelajaran kimia yang diberi alokasi 1 jam per minggu yang tergabung dalam pelajaran sains, maka siswa SMA pada tahun ajaran 2007/2008 sudah mengenal pelajaran kimia sejak di SMP, sehingga tidak perlu lagi mengulang kompetensi dasar materi dan perubahannya, tetapi dapat langsung ke KD Struktur Atom dan Sistem Periodic Unsur.
Pada pokok bahasan Struktur atom dan sistem periodik unsur belum banyak permasalahan kimia diajarkan, masih berupa teori dasar, namun apabila motode pengajaran yang digunakan oleh guru masih metode lama yaitu dengan metode ceramah maka siswa akan merasa bosan, menjemukan dan menganggap pelajaran kimia sama dengan pelajaran sejarah, kewarganegaraan, sosiologi atau pelajaran lain yang berdasarkan hapalan dan ingatan . Pelajaran kimia adalah pelajaran konsep dan pemahaman. Kalau pada suatu pokok bahasan siswa tidak bisa memahami dampaknya pada pokok bahasan lain yang saling berkaitan siswa tidak mengerti sehingga siswa menjadi tidak senang dengan pelajaran kimia, dan pada akhirnya nilai kimia siswa akan rendah.
Kejadian seperti diatas masih banyak ditemui di sekolah, guru tidak mau repot, sehingga cara mengajar pelajaran kimia sama dengan mengajarkan pelajaran lain yang, yang hanya menggunakan metode ceramah karena metode ini praktis dan biaya yang dibutuhkan hamper tidak ada. Guru tidak memikirkan dampak yang terjadi yaitu sebagian besar siswa tidak menyukai pelajaran kimia karena dianggap membosankan dan tidak menyenangkan.
Pelajaran kimia pada hakekatnya adalah pelajaran yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan yang terjadi disekitar kita. Untuk dapat menarik minat siswa terhadap pelajaran kimia guru kimia dituntut dapat menerapkan metode pengajaran yang bervariasi, tidak monoton dengan metode ceramah. Salah metode yang menurut penulis dapat digunakan untuk menarik minat siswa terhadap pelajaran kimia dan mengajak siswa berperan aktif dalam pembelajaran pada kompetensi dasar Struktur Atom dan Sistem periodik Unsur adalah pendekatan elaborasi metode PQ4R ( Preview, Question, Read, Recite, Reflection, and Review ).
Pada metode ini siswa dituntut untuk menemukan konsep secara mandiri dari apa yang mereka baca, dan diskusikan dengan teman-temannya. Pada awalnya mereka akan kebingungan tetapi setalah dua atau tiga kali proses mereka akan paham dan akan membekas lebih lama dalam daya ingat siswa.

B. Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang diatas, maka ruang lingkup yang akan dibahas pada penelitian ini adalah “Apakah metode PQ4R dapat meningkatkan pemahaman konsep kimia pada pokok bahasan Struktur Atom dan Sistem periodic Unsur bagi siswa kelas XA di SMA Titian Teras Muaro Jambi “.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan penggunaan metode PQ4R terhadap prestasi belajar kimia pada kompetensi dasar Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur siswa kelas XA SMA Titian Teras Muaro Jambi.

D. Sajian Definisi
1. Dasar Pemilihan Tindakan
Ilmu Kimia merupakan bagian dari Ilmu yang baru bagi anak SMA kelas X, sehingga masalah utama dalam pembelajaran kimia adalah bagaimana materi dapat diserap dan dipahami siswa dengan optimal. Materi kimia terdiri dari fakta-fakta dan konsep-konsep maka penting bagi guru untuk membentuk anak didiknya untuk dapat menguasai konsep-konsep sehingga dapat menerapkannya dalam proses kimia.
Pendekatan pembelajaran mata pelajaran kimia di SMA Titian Teras Muaro Jambi selama ini mengacu pada pendekatan pembelajaran ketrampilan proses. Namun dalam pelaksanaannya belum maksimal. Hal ini ditunjukan dari ketrampilan siswa yang masih kurang menerapkan metode ilmiah dalam pembelajarn sains khususnya mata pelajaran kimia, sehingga prestasi belajar siswa pada pokok bahsan Struktur Atom dan System Periodik Unsur masih banyak yang remedial padahal pokok bahasan tersebut tidak terlalu sulit.
Salah satu faktor kurang maksimalnya prestasi belajar siswa disebabkan oleh belum maksimalnya penerapan pendekatan dan metode pembelajaran. Guru masih kurang memperhatikan karakteristik setiap pokok bahasan dalam menerapkan model-model pembelajaran kontekstual, terutama pada pokok bahsan yang bersifat deklaratif dan pengetahuan prosedural.
Menurut Mappa, dkk (1984 : 36) strategi mengajar adalah rencana kegiatan belajar yang dipilih oleh guru untuk dilaksanakan baik oleh siswa maupun oleh guru dalam rangka usaha pencapaian tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
Agar guru dapat memiliki strategi maka seorang guru harus menguasai teknik-teknik penyajian, teknik penyajian adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar atau disebut juga dengan strategi ( Roestijah, 1988 : 20 ). Salah satu strategi mengajar yang dapat diterapkan dalam pembelajaran kimia adalah model strategi belajar elaborasi yaitu metode PQ4R ( Preview, Question, Read, Recite, Reflection, and Review ).

2. Pengertian Hasil Belajar
Dengan berakhirnya suatu proses belajar belajar, maka siswa akan memperolehara suatu hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tidakan belajar dan tindakan mengajar ( Dimayati dan Mujiono, 1994 : 3 ). Selanjutnya Sardiman ( 2001 : 13 ) mengatakan agar perolehan hasil belajar dapat optimal, maka proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorgnisasi sebaik.
Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai siswa tetapi juga dari segi prosesnya. Hasil belajar pada hakikiatnya merupakan akibat dari proses belajar, ini berarti bahwa optimalisasi hasil belajar siswa tergantung pada proses belajar siswa dan proses mengajar guru. Dalam proses belajar mengajar ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu segala faktor yang bersumber dari dalam diri siswa dapat berupa faktor psikologis yang mencakup kecerdasan, motivasi, perhatian, pikiran dan ingatan. Sedangkan faktor eksternal yaitu segala faktor yang bersumber dari luar siswa seperti aspek lingkungan belajar mencakup kurikulum, bahan belajar dan metode penyajian. Dengan adanya faktor-faktor tersebut maka dapat dipengaruhi hasil belajar siswa. (Mappa, dkk, 1984 : 17)
Menurut Bloom dalam Sudjana ( 1999 : 22 ) hasil belajar siswa dapat mencakup aspek kognitif, apektif dan psikomotorik. Aspek kognitif mencakup jenjang belajar intelektual yang terdiri dari jenjang pemahan, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Aspek efektif mencakup sikap-sikap yang terdiri dari 5 aspek yaitu : penerimaan, jawaban tau reaksi, penilaian, organisasi dan interaksi. Sedangkan aspek psikomotor mencakup hail belajar ketrampilan dan kemauan untuk bertindak.
Hasil belajar yang diperoleh siswa tergantung dari cara mengajar guru, ketersediaan bahan belajar, lingkungan tempat belajar, kurikulum dan lainnya. Siswa tidak akan mencapai hasil belajar yang optimal jika bahan yang diberikan atau cara mengajar guru kurang menarik perhatian siswa.

3. Metode PQ4R ( Preview, Question, Read, Recite, Reflection, and Review ).
Pokok bahasan struktur atom dan sitem periodic unsure merupakan pokok bahsan yang bersifat pengetahuan deklaratif. Oleh karena itu perlu adanya inovasi berupa penggunaan model-model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pokok bahasan tersebut. Salah satu model kontekstual yang cocok untuk pembelajaran pada pokok bahasan yang bersifat deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah model strategi belajar elaborasi yaitu metode PQ4R ( Preview, Question, Read, Recite, Reflection, and Review ).
Menurut Puspitasari ( 2003), strategi-strategi belajar merupakan pembelajaran yang mengajarkan siswa bagaimana belajar, mengingat, berpikir dan bagaimana memotivasi diri sendiri. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa keberhasilan siswa dalam belajar sebagian besar tergantung pada kepandaian siswa belajar secara mandiri sekaligus memonitor hasil belajarnya ( Corebima, 2003 ).
Strategi-stategi belajar dikenal juga sebagai strategi kognitif, karena strategi tersebut lebih dekat pada hasil belajar kognitif daripada tujuan belajar prilaku. Oleh sebab itu, strategi-strategi belajar dalam penerapannya pada siswa memiliki tujuan untuk membentuk siswa sebagai pembelajar mandiri ( Puspitasari, 2003 ). Lebih lanjut dijelaskan bahwa pembelajar mandiri memiliki ciri melakukan empat hal, yaitu : 1) mendiagnosis situasi pembelajaran tertentu secara cermat; 2) menentukan dan memilih strategi-strategi belajar tertentu untuk masalah/ topik belajar tertentu; 3) memonitor dan mengevaluasi keefektifan strategi tersebut; dan 4) memotivasi diri sendiri untuk terlibat dalam suatu proses pembelajaran sampai masalah tyerselesaikan.
Terdapat empat jenis strategi-strategi belajar yakni, strategi mengulang, strategi organisasi, strategi elaborasi, dan strategi metakognitif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan strategi elaborasi. Strategi eleborasi adalah suatu pembelajaran yang membantu siswa dalam proses pengembangan makna informasi baru dengan penambahan rincian dan penemuan hubungan-hubungan. Strategi elaborasi terdiri dari analogi, catatan matriks dan PQ4R.
Metode PQ4R adalah strategi elaborasi yang telah lama dikenal untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca. Penerapan PQ4R terdiri atas enam langkah yaitu : 1) Preview : tugas membaca cepat dengan memperhatikan judul-judul dan topik utama, tujuan umum dan rangkuman, serta rumusan isi bacaan; 2) Question : mendalami topik dan judul utama dengan mengajukan pertanyaan yang jawabannya dapat ditemukan dalam bacaan tersebut, kemudian mencoba menjawabnya sendiri; 3) Read : tugas membaca bahan bacaan secara cermat dengan mengajuakan pengecekan pada langkah kedua; 4) Reflect : melakukan refleksi sampil membaca dengan cara menciptakan gambaran visual dari bacaan dan menghubungkan informasi baru di dalam bacaan tentang apa yang telah diketahui; 5) Recite : melakukan resitasi dengan menjawab pertanyaan melalui suara keras yang diajuakan tanpa membuka buku; 6) Review : mengulang kembali seluruh bacaan kemudian membaca ulang bila diperlukan dan sekalai lagi menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

BAB II
LAPORAN KEGIATAN YANG DILAKUKAN

A. Penyusunan Program Pembelajaran
Penelitian ini dilakukan di SMA Titian Teras Muaro Jambi pada semester 1 tahun pelajaran 2006 / 2007 di mulai dari tanggal 20 Agustus 2006 sampai dengan 14 September 2007. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X A SMA Titian Teras Muaro Jambi pada tahun pelajaran 2006 / 2007 yang berjumlah 33 orang dengan rincian 14 perempuan dan 19 laki-laki.
Penelitian ini dilaksanakan sebanak 3 siklus, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakanj, obsevasi dan refleksi. Penyusunan program pembelajaran yang dilakukan antara lain :
a. Menetapkan pokok bahasan yang akan diteliti dan membuat jadwal penelitian
b. Membuat rencana pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan
c. Mempersiapkan modul pembelajaran
d. Membuat model pembelajaran
e. Membuat lembar observasi
f. Membuat alat evaluasi berupa soal tes.
B. Pelaksanaan Pembelajaran
Pada tahap ini adalah pelaksanaan semua perencanaan yang telah disiapkan yaitu melaksanakan stratetegi P4QR, dan melaksanakan observasi.
Kegiatan observasi bertujuan untuk mengamati situasi dan kondisi selama tindakan berlangsung seperti :
a. Aktifitas dan minat siswa selama pelajaran berlangsung
b. Mencatat kendala-kendala yang dihadapi siswa selama pelajaran berlangsung
c. Melihat pengaruh-pengaruh yang diakibatkan dari tindakan kelas
Berdasarkan observasi inilah yang akan menjadi refleksi untuk perbaikan pada siklus berikutnya.
Hasil analisis data diharapkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa dan peningkatan aktifitas serta minat belajar siswa, bila ternyata hasil pada siklus pertama belum sesuai dengan harapan yang telah ditetapkan maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.

C. Penilaian Hasil Pembelajaran
Penilaian hasil pembelajaran dengan menggunakan :
a. Data kuantitatif yaitu data yang berupa nilai yang diperoleh dari hasil tes
yang diberikan setiap akhir siklus. Data ini bertujuan untuk melihat persentase tingkat keberhasilan proses pembelajaran.
b. Data kualitatif yaitu data tentang keadaan proses belajar mengajar yang diperoleh dari lembar observasi. Data ini digunakan untuk melihat keadaan pelaksanaan proses pembelajaran pada setiap siklus sebagai dasar untuk refleksi dan revisi pada siklus berikutnya.
c. Terdapat dua data yang diperoleh dari hasil pengolahan yang dilakukan diakhir pembelajaran yaitu lembar observasi dan lembar evaluasi yang dihitung dengan menggunakan rumus tingkat aktifitas dan pengusaan materi.
a. Data Hasil Observasi
Data hasil observasi tentang kemampuan belajar siswa diolah dengan menghitung persentase masing-masing kemampuan belajar untuk mengetahui indikasi sikap positif dan sikap negative siswa pada setiap siklus. Untuk menghitung data yang diperoleh dari lembar observasi digunakan rumus yang dikemukakan oleh Suherman ( 1994 : 226) sebagai berikut:

Aktifitas Siswa = Jumlah siswa yang diamati x 100 %
Jumlah seluruh siswa
Selanjutnya dibandngkan dengan masing-masing aktifitas pada kondisi awal ( siklus I), pada siklus II dan pada kondisi akhir (siklus III), untuk melihat apakah ada peningkatan sikap positif atau penurunan sikap negatif.
b. Data Hasil Daya Serap
Penelitian terhadap hasil belajar siswa dan hasil tes yang diberikan pada tiap siklus dihitung dari data evaluasi, dengan rumus yang dikemukakan oleh Suherman (1994 : 226) yaitu :
Nilai keberhsilan = Skor yang diperoleh x 100 %

Jumlah seluruh skor
Penelitian ini penulis menetapkan klriteria keberhasilan tindakan dengan besarnya persentase nilai dari setiap evaluasi. Dalam menentukan tingkat keberhasilan dari setiap proses pembembelajaran digunakan kriteria seperti tabel berikut :
Tabel 1. Kriteria tingkat keberhasilan proses pembelajaran
Persentase nilai rata-rata siswa Kriteria Prestasi
91% - 100% Baik sekali
70% - 90% Baik
55% - 69% Sedang
45% - 54% Kurang
< 45% Kurang Sekali
Data yang diperoleh dari evaluasi dianalisis secara deskriptif, dalam penelitian ini berhasil atau tidaknya siswa dalam belajar dilihat dari ketuntasan belajar baik perorangan maupun klasikal. Siswa dikatakan tuntas belajar bila memperoleh skor ≥ 70 % atau nilai 70. Suatu kelas dikatakan tuntas belajar, bila dikelas tersebut 85 % peserta didik yang telah mencapai daya serap ≥ 70 % , bila kurang maka perlu program perbaikan dan pengayaan.

BAB III
LAPORAN HASIL
A. Hasil Pembelajaran
I. Siklus 1
III.1. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tidakan pada siklus 1 dilakukan pada kompetensi dasar “ Mengidentifikasi atom, struktur atom, sifat-sifat unsur, massa atom relatif dan sifat-sifat periodik dari tabel periodik” dengan materi pokok “sistem periodik dan struktur atom”.
Pelaksanaan tindakan pada siklus 1 sebanyak 2 kali pertemuan ( 45 x 3 jam pelajaran ) berdasarkan pada skenario pembelajaran dengan materi pokok perkembangan sistem periodik, golongan dan periode.
Di awal pelajaran guru menyampaikan kompetensi dasar serta indikator-indikatornya pada siswa, kemudian guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memotivasi siswa yang mengacu pada materi pelajaran. Setelah siswa mulai konsentrasi guru membagikan modul kepada siswa untuk membaca secara cepat dengan mendalami judul pada tiap topik, kemudian siswa diminat kembali membaca dengan cermat serta membuat pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya ada pada modul. Kemudian siswa melakukan diskusi dengan kawan satu kelompok dari pertanyaan-pertanyaan yang sudah mereka buat, salah satu kelomok diminta kedepan untuk memberikan pertanyaan kepada kelompok lain dan dijawab dengan suara keras tanpa memperhatikan modul. Sebelum ditutup guru melakukan review pertanyaan-pertanyaan dan siswa menjawab secara bersama-sama.
Selanjutnya pada akhir pertemuan siklus 1 diadakan tes yang terdiri dari 5 soal dalam bentuk essay berstruktur.

III.2. Hasil Belajar
Dari lampiran 4 dapat dilihat hasil belajar siswa yang belum mencapai tingkat keberhasilan yang diinginkan yaitu 85 % telah mencapai daya serap 70 % atau lebih. Hal ini terlihat dari hasil tes pada siklus 1 dengan siswa yang memperoleh nilai lebih besar atau sama ddengan 70 sebanyak 23 orang atau 69,69 % sedangkan siswa yang memperoleh nilai kurang dari 70 sebanyak 10 orang atau 30,30%
III.3. Hasil Observasi
a. Hasil Observasi aktifitas siswa
Berdasarkan hasil observasi pada siklus 1 dengan menggunakan lembar observasi siswa pada lampiran 5, hanya 18 siswa atau 54,54% siswa yang memperhatikan penjelasan guru atau motivasi guru tentang metode yang akan dilaksanakan, siswa yang aktif berdiskusi 30,30 % , siswa yang aktif memperhatikan jawaban kelompok lain 45,45 %, siswa yang aktif memberikan tanggapan jawaban kelompok lain 27,27 %, siswa yang aktif bertanya 15,15%, siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan 36,36%, dan siswa yang memperhatikan jawaban teman atau kelompok lain 24,24%.
III.4. Refleksi
Berdasarkan hasil evaluasi dan data observasi selama siklus 1 berlangsung dapat disimpulakan bahwa tindakan yang dilakukan belum berhasil dan perlu perbaikan peningkatan pada siklus 2. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan belajar yang di dapat siswa dan data observsi yang menunjukkan aktifitas siswa masih kurang.
Berdasarkan kekurangan-kekurangan ini, maka perlu dilakukan tindakan perbaikan pada siklus 2, antara lain :
1. Mempertahan hal-hal yang baik pada siklus 1
2. Guru harus lebih focus dalam memberikan instruksi awal tentang metode yang akan digunakan dalam proses KBM.
3. Guru harus lebih kreatif dalam memotivasi siswa sehingga mau beriskusi, membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan.

II. Siklus 2
III.1. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tidakan pada siklus 2 dilakukan pada kompetensi dasar “ Mengidentifikasi atom, struktur atom, sifat-sifat unsur, massa atom relatif dan sifat-sifat periodik dari tabel periodik” dengan materi pokok “struktur atom dengan sub pokok bahasan :
Konfigurasi electron, Proton, Neutron dan electron serta isotop,isobar dan isoton.”
Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 sebanyak 2 kali pertemuan ( 45 x 3 jam pelajaran ) berdasarkan pada skenario pembelajaran 2 ( lampiran 6 )
Siklus 2 merupakan kegiatan lanjutan dan perbaikan dari siklus 1. Proses belajar diakukan berdasarkan hasil refleksi dari tindakan yang dilakukan pada siklus 1.
Adapun perbaikan yang dilakukan pada siklus 2 adalah :
1. Guru lebih jelas dalam memberikan instruksi kepada siswa tentang metode belajar yang akan dilaksanakan.
2. Guru lebih kreatif dalam memotivasi siswa untuk melakukan diskusi, bertanya dan menjawab pertanyaan dari kelompok lain.
3. Menciptakan suasana yang kondusif dalam proses belajar.
Selanjutnya pada akhir pertemuan siklus 2 diadakan tes yang terdiri dari 3 soal dalam bentuk essay berstruktur.

III.2. Hasil Belajar
Dari lampiran 9 dapat dilihat hasil belajar siswa yang belum mencapai tingkat keberhasilan yang diinginkan yaitu 85 % telah mencapai daya serap 70 % atau lebih. Hal ini terlihat dari hasil tes pada siklus 2 dengan siswa yang memperoleh nilai lebih besar atau sama ddengan 70 sebanyak 27 orang atau 81,82 % sedangkan siswa yang memperoleh nilai kurang dari 70 sebanyak 6 orang atau 18,18%. Meskipun secara keseluruhan materi belum tuntas namun jumlah siswa yang remedial mengalami penurunan, berarti siswa mulai mengerti metode yang digunkan dalam proses KBM.
III.3. Hasil Observasi
a. Hasil Observasi aktifitas siswa
Berdasarkan hasil observasi pada siklus 2 dengan menggunakan lembar observasi siswa pada lampiran 10, terjadi peningkatan siswa yang memperhatikan instruksi guru yaitu 22 siswa atau 66,67%, siswa yang aktif berdiskusi 72,72% , siswa yang aktif memperhatikan jawaban kelompok lain 60,60%, siswa yang aktif memberikan tanggapan jawaban kelompok lain 48,48%, siswa yang aktif bertanya 36,36%, siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan 54,54%, dan siswa yang memperhatikan jawaban teman atau kelompok lain 42,42%.
III.4. Refleksi
Berdasarkan hasil evaluasi dan data observasi selama siklus 2 berlangsung dapat disimpulakan bahwa tindakan yang dilakukan sudah terjadi perubahan sikap dan hasil belajar siswa, hanya saja belum mencapai ketuntasan sebagaimana yang diinginkan, untuk itu perlu perbaikan dan peningkatan pada siklus 3.
Berdasarkan kekurangan-kekurangan ini, maka perlu dilakukan tindakan perbaikan pada siklus 3, antara lain :
1. Mempertahan hal-hal yang baik pada siklus 2
2. Guru harus lebih focus dalam memberikan instruksi awal
tentang metode yang akan digunakan dalam proses KBM karena masih banyak siswa yang belum paham.
3. Guru harus lebih kreatif dalam memotivasi siswa sehingga mau beriskusi, membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan.

III. Siklus 3
III.1. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tidakan pada siklus 3 dilakukan pada kompetensi dasar “ Mengidentifikasi atom, struktur atom, sifat-sifat unsur, massa atom relatif dan sifat-sifat periodik dari tabel periodik” dengan materi pokok “sifat-sifat keperiodikan unsure dan struktur atom”.
Pelaksanaan tindakan pada siklus 3 sebanyak 2 kali pertemuan ( 45 x 3 jam pelajaran ) berdasarkan pada skenario pembelajaran 3 (lampiran 11 ).
Siklus 3 merupakan kegiatan lanjutan dan perbaikan dari siklus 2. Proses belajar diakukan berdasarkan hasil refleksi dari tindakan yang dilakukan pada siklus 2.

Adapun perbaikan yang dilakukan pada siklus 3 adalah :
1. Guru lebih jelas dalam memberikan instruksi kepada siswa tentang metode belajar yang akan dilaksanakan.
2. Guru lebih kreatif dalam memotivasi siswa untuk melakukan diskusi, bertanya dan menjawab pertanyaan dari kelompok lain.
3. Menciptakan suasana yang kondusif dalam proses belajar.
Selanjutnya pada akhir pertemuan siklus 3 diadakan tes yang terdiri dari 3 soal dalam bentuk essay berstruktur. (lampiran 13).

III.2. Hasil Belajar
Dari lampiran 14 dapat dilihat hasil belajar siswa yang sudah mencapai tingkat keberhasilan yang diinginkan yaitu 85 % telah mencapai daya serap 70 % atau lebih. Hal ini terlihat dari hasil tes pada siklus 3 dengan siswa yang memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 70 sebanyak 29 orang atau 87,88 % sedangkan siswa yang memperoleh nilai kurang dari 70 sebanyak 4 orang atau 12,12%. Secara keseluruhan materi tuntas namun masih ada siswa yang remedial, berarti siswa mulai mengerti metode yang digunakan dalam proses KBM.
Hasil Observasi
Hasil Observasi aktifitas siswa
Berdasarkan hasil observasi pada siklus 3 dengan menggunakan lembar observasi siswa pada lampiran 15, terjadi peningkatan siswa yang memperhatikan instruksi guru yaitu 30 siswa atau 90,90%, siswa yang aktif berdiskusi 93,93%, siswa yang aktif memperhatikan jawaban kelompok lain 90,90%, siswa yang aktif memberikan tanggapan jawaban kelompok lain 66,67%, siswa yang aktif bertanya 63,63%, siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan 84,84%, dan siswa yang memperhatikan jawaban teman atau kelompok lain 54,54%.
Refleksi
Berdasarkan hasil evaluasi dan data observasi selama siklus 3 berlangsung dapat disimpulakan bahwa tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan analisis terhadap hasil tes pada siklus 3, 87,88% siswa telah tuntas atau sebanyak 29 siswa. Ini berarti pada siklus yang ke 3 materi telah tuntas karena siswa yang tuntas ≥ 85 %.

B. Analisis Hasil Pembelajaran
Dari hasil penelitian yang dilakukan terdapat perbedaan peningkatan aktifitas belajar siswa dan peningkatan nilai pada setiap siklus, hal ini disebabkan perlukan pada masing-masing siklus tidak sama. Tindakan pada siklus 3 merupkan perbaikan dari siklus 2, dan tindakan pada siklus 2, merupakan perbaikan dari siklus 1.
Table 3.1 Peningkatan sikap positif pada siklus 1, 2, dan 3
No Indikator sikap Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Positif Siswa Jml
Siswa % Jml
siswa % Jml
Siswa %
1 Siswa memperhatikan guru sewaktu memberikan penjelasan 18 54.54 22 66.67 30 90.90
2 Siswa aktif dalam berdiskusi/mengerjakan tugas 10 30.30 24 72.72 31 93.93
3 Siswa aktif memperhatikan jawaban kelompok lain 15 45.45 20 60.60 30 90.90
4 Siswa aktif dalam member tanggapan terhadap jawaban kelompok lain 9 27.27 16 48.48 22 66.67
5 Siswa aktif dalam bertanya 5 15.15 12 36.36 21 63.63
6 Siswa aktif dalam menjawab pertanyaan 12 36.36 18 54.54 28 84.84
7 Perhatian siswa terhdap jawaban teman / kelompok lain 8 24.24 14 42.42 18 54.54

Pada siklus 1 dengan materi perkembangan system periodic, periode dan golongan dengan menggunakan metode PQ4R siswa diberikan modul untuk dibaca secara cepat, terus siswa diminta membuat pertanyaan dri apa yang dibaca, kemudian dibaca kembali dengan teliti dan dibuat ringkasan dengan visual, pertanyaan yang sudah dibuat ditanyakan kepada kawannya dan dijawab dengan suara keras, sebelum ditutup siswa diminta kembali membaca kembali agar dapat memahami dengan jelas langkah-langkahnya. Dari hasil evalusi diproleh rata-rata hasil belajar siswa 75.5, sebuah hasil yang cukup bagus meskipun masih ada 10 orang yang belum tuntas atau 30.30 %. Dengan demikian secara klasikal proses belajar mengajar pada siklus 1 belum tuntas.
Dari observasi pada siklus 1 menunjukan bahwa sikap belajar masih rendah 54.54 %, perhatian terhap motode juga masih rendah, bahkan siswa masih menunggu guru untuk menerangkan pelajaran tidaklangsung membaca modul yang telah dibagikan. Pada siklus 1 juga terdapat kelemahan adanya siswa yang tidak dapat membuat pertanyaan atau soal dari modul yang dia baca.
Berdasarkan hasil evaluasi dan observasi pada siklus 1 maka dilakukan tindakan pada siklus 2 yaitu tetap menggunakan metode yang sama tetapi dalam modul juga diselipkan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab siswa ketika sambil membaca, metode ini secara tidak langsung mengajari siswa membuat pertanyaan. Pada siklus 2 mulai terjadi peningkatan perhatian siswa terhdapap metode yang digunakan yaitu menjadi 66,67%. Siswa yang remedial pada siklus 2 juga mengalami penurun menjadi 6 siswa atau 18,19 %, meskipun secara klasikal pada siklus 2 juga belum tuntas tetapi sudah ada peningkatan.

Tabel 3.2 Nilai hasil belajar siswa pada siklus 1, 2, dan 3
No Interval Nilai PELAKSANAAN TINDAKAN
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
jml siswa % jml siswa % jml siswa %
1 30.0 - 39.9 1 3.03 0 0 0 0
2 40.0 - 49.9 1 3.03 1 3.03 0 0
3 50.0 - 59.9 4 12.12 3 9.09 3 9.09
4 60.0 - 69.9 4 12.12 2 6.06 1 3.03
5 70.0 - 79.9 11 33.33 16 48.48 9 27.27
6 80.0 - 89.9 9 27.27 9 27.27 17 51.51
7 90.0 – 100 3 9.09 2 6.06 3 9.09
33 100 33 100 33 100

Setelah dilakukan refleksi pada siklus 2 maka dilakukan penyempurnaan pada siklus 3 dan perbaikan perbaikan pada siklus 2. Tidakan yang menunjukan arah positif dipertahankan. Pada siklus 3 tetap menggunkan metode PQ4R, perhatian siswa pada siklus 3 juga meninggakat menjadi 90.90 %, hal ini ditujukan dengan semakin menurunnya jumlah siswa yang redial tinggal 4 orang 12.12 % dan secara klasikal siswa juga dinyatakan tuntas dalambelajarnya karena siswa yang tuntas 87.88 % lebi besar dari yang dipersyaratkan 85 %.
Dengan demikian penerapan motede PQ4R dapat memberikan variasi dalam proses belajar mengajar dan sangat cocok pada kurikulum berbasis kompetensi dimana siswa yang dituntut untuk menemukan konsep dan guru hanya berperan sebagai fasilitator saja.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan penerapan metode PQ4R pada konsep struktur atom dan system periodic unsure dapat meningkatan hasil belajar siswa kelas X A SMA Titian Teras Muaro Jambi tahun pelajaran 2006/2007

B. Saran
Untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa maka diperlukan strategi mengajar yang tepat, salah satunya yaitu motode PQ4R, hanya saja penggunaan metode ini perlu diperhatikan pada pokok bahasan tertentu terutama yang banyak teorinya, sedangkan pada pokok bahasan yang banyak hitungan atau penalaran maka metode ini tidak tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Andayani. 2004. Pembuatan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan Nasional.
Dimiyati, dan Mujiono, 1994. Belajar dan Pembeljaran. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Mappa. S, Archsin. A dan La. Silo. SL. 1984. Teori Belajar dan Mengajar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta
Roestijah. N. K. 1988. Strategi Belajar Mengajar. Bina Aksara. Jakarta
Sujana. N. 1999. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Suherman. E. 1994. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SILAHKAN BERI KOMENTAR