“…Masalah moral, masalah akhlak
Biar kami cari sendiri
Urus saja moralmu, urus saja akhlakmu
Peradilan yang sehat itu yang kami mau
Turunkan harga secepatnya
Berikan kami pekerjaan
Pasti kuangkat engkau
Menjadi manusia setengah dewa…”
(Manusia setengah dewa, Iwan Fals)
Moorrraaalllll,…
Orang yang ngaku sebagai kepanjangan-tanganan Tuhan
saja bisa membunuh, memfitnah, memperkosa…..
Apalagi seperti saya,
yang tercantum dipikiran
dengan tindakan bertolak belakang.
Seperti nonton film di TV yang channel satunya
menyebarkan nilai-2 Islam dan channel yang lainnya
menyebarkan nilai-2 Kristen……….
Emangnye,
ni dunie bebas nilai ape???…!
Masalah Toleransi
Saya sih ingetnya waktu SMA dulu, P4 ngajarinnya
“…Jika Budi beribadah di Gereja di hari minggu,
temannya Anto menunggu dengan setia di luar (jaga
parkiran maksudnya?)” atau “Jika di Vihara sedang
dilaksanakan peribadatan, kita harus mengecilkan
volume TV dan Radio yang sedang kita dengarkan”. Bagus
sih…
Masalahnya,
Kebijakan negara memaksakan rakyatnya menelan mentah-2
tanpa proses sebuah ideologi Pancasilaistis dalam
mencuci otak rakyatnya memang dimaksudkan bersayap
yakni meminimalisir perbedaan yang jelas-2 beda dan
meredam ‘perlawanan’ terhadap kebobrokan perilaku
negara dan berujung pada terciptanya robot-2 yang
patuh terhadap negara.
Akibatnya,
Saat tumbangnya Orde Baru, kita-pun mulai belajar
bahwa toleransi baru bisa dipahami dan dilaksanakan
setelah berproses (pada masa ini, konflik sektarian
menjadi hal biasa) dan tidak bisa dipaksakan. Konsep
multikultur yang ditelorkan founding fathers negara
kita pada Pancasila juga dimaksudkan seperti itu dan
tidak fasis.
Mengenai kematian,
Mungkin bagi orang yang kaya,
yang sudah puas mendapatkan yang diimpikan dan dicita-2kannya,
perihal kematian dengan meninggalkan segala yang dimilikinya
tentu perkara yang mudah saja.
Namun,
bagi yang miskin,
HIDUP adalah sebuah perjuangan yang sangat berat,
apalagi mikirin mati.
Bagi orang lain masuk
surga karena rajin beribadat,
harta-uang-kekayaan,
kekuasaan dan dominasi adalah segalanya
Sementara yang
lain solidaritas-toleran,
kebersamaan,
persaudaraan,
keadilan dan kesetaraan
juga sebuah pilihan.
Bagi saya,
selama masih diberi kesempatan hidup,
pilihan untuk berusaha tidak menindas,
tidak mengeksploitasi,
tidak merampas hak-2 dan
menghargai orang lain,
adalah sangat rasional.
Lagi pula,
mati juga setiap saat bisa terjadi,
polos tanpa embel-embel,
hanya misterinya
kapan dan dimana,
tidak lebih.
Gitu aja, semoga masih ada manisnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAHKAN BERI KOMENTAR