-->

Selasa, 29 September 2009

STUDI KASUS Penyakit Epilepsi Dan Gangguan Mental Pada Anak

STUDI KASUS
Penyakit Epilepsi Dan Gangguan Mental Pada Anak



OLEH
W I N A R N O
NPM: A1E107018







PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2009
BAB I
IDENTIFIKASI


A) AYAH
• nama : samanto
• umur : 56 tahun
• pekerjaan : petani
• pendidikan : sd
• alamat : Ds. Sukamakmur, RW.1, RT.3, kec.Girimulya
Kabupaten Bengkulu Utara

B) IBU
• nama : suwarti
• umur : 54 tahun
• pekerjaan : petani
• pendidikan : - (tidak sekolah)
• alamat : Ds. Sukamakmur, RW.1, RT.3, kec.Girimulya
Kabupaten Bengkulu Utara

C) Anak
• nama : sutardi
• umur : 25tahun
• jenis kelamin: laki-laki
• pendidikan : - ( sd tapi tidak lulus)

BAB 2
KASUS

A) DESKRIPSI KASUS
Kasus yang saya angkat adalah penyakit epilepsi atau yang sering kita dengan adalah penyakit ayan dengan disertai oleh gangguan mental. Kasus ini saya anggkat dengan aggapan bahwa kita dapat mengetahui apa sebenarnya penyakit epilepsi ini dan secara pribadi ingin mengetahui secara mendetail penyebab dan asal mula penyakit ini.
Sutardi, yang mempunyai penyakit ini dan juga merupakan tetangga dekat saya telah mengidap penyakit ini sejak dari usia balita hingga saat ini. Beliau sempat duduk di kursi sekolah dasar hingga kelas 4 SD. Dengan kondisi penyakit dan keadaan keluarga yang mempunyai penghasilan perekonomian yang sangat minim, akhirnya beliau dikeluarkan dari sekolah.
Keluar dari sekolah dasar, beliau melakukan kegiatan seperti khalayak orang normal yang lainya yaitu bermain dengan teman sebayanya dan juga membantu orang tuanya di kebun. Sebenarnya, beliau sangat rajin dalam bekerja membantu orang tuanya. Tapi dengan kodisi penyakit yang dialaminya, beliau dilarang membantu.
Dalam kehidupan kesehariannya, kerap kali saya melihat kejadian / penyakit ini kambuh. Terkadang, saat beliau berdiri pun penyakit ini kambuh. Beliau tersungkur dan tidak jarang pula kepala dan badan beliau membentur diding tembok dan lantai. Dengan benturan di atas lantai dan tembok yang keras pasti akan menimbulkan luka memar dan luka sobek. Dilain pihak, tidak jarang pula keluar busa dari mulutnya dan kencing (maaf), dan ini yang membuat beliau dijauhi oleh teman dan orang – orang terdekatnya.
Ironisnya, beliau yang sudah 25 puluh tahun mengindap penyakit ini tidak pernah dan belum sama sekali di bawa kerumah sakit atau klinik ( sumber ini berasal dari tetangga dan orang tua saya). Orang tuanya beranggapan bahwa
B)

MENGENAL TENTANG PENYAKIT “EPILEPSI”
Penyandang “Epilepsi” sering dijauhi oleh teman dan warga sekitarnya.
Melihat seorang yang tiba-tiba jatuh dan kejang-kejang, reaksi kebanyakan orang justru menjauhinya. Mereka takut menyentuhnya apalagi membantunya sebab takut ketularan. Ini adalah sikap yang tidakbijaksana, sebab “Epilepsi” yang lebih dikenal sebagai penyakit ‘ayan’ sangat jelas tidak menular.

Mengenal Epilepsi
Epilepsi bukan disebabkan oleh kuman atau bakteri. Ia merupakan gangguan mendadak dan sesaat pada sistem syaraf otak, terjadi akibat aktivitas berlebihan dari kelompok sel neuron di otak. Penyebab sel-sel itu menjadi terlalu aktif belum diketahui secara pasti. Tetapi yang pasti gangguan Epilepsi dapat diredam. Epilepsi bukan hambatan untuk meraih kesuksesan seperti dibuktikan oleh banyak menyandang epilepsi yang telah mengukir kemasyhuran di berbagai bidang, antara lain : Alexander the Great, Alfred Nobel, Napoleon Bonaparte, Peter Tchaikovsky dan Vincent Van Gogh. Masyarakat umum hendaknya bersikap wajar menghadapi anggota masyarakat yang kebetulan cenderung mendapat serangan epilepsi.

Jenis Epilepsi
Manifestasi serangan berbeda-beda, tergantung pada fungsi otak mana yang terganggu :
A) Epilepsi Umum
a. Petit Mal (Absence)
Gangguan kesadaran secara mendadak. Penyandang diam tanpa reaksi
(bengong), kemudian melanjutkan kegiatannya semula
b. Grand Mal
Diawali dengan kehilangan kesadaran kemudian terjadi kejang-kejang,
air liur berbusa dan napas mengorok
c. Myoklonik
Terjadi kontraksi singkat dari satu, sekelompok, atau beberapa
kelompok otot. Bervariasi dari yang tidak terlihat, sampai sentakan
hebat. Mengakibatkan misalnya, mendadak jatuh, atau melontarkan benda
yang sedang dipegang.
B) Epilepsi Parsial
a. Sederhana (tanpa gangguan kesadaran)
Umumnya, berupa kejang-kejang dan kadang-kadang kesemutan atau rasa
kebal pada satu tempat. Berlangsung beberapa menit/jam. Bila serangan
hanya terjadi di satu lokasi dan berlangsung beberapa saat, disebut
Parisialis Kontinua
b. Kompleks (disertai gangguan kesadaran)
Diawali dengan Parsial Sederhana, penyandang seperi bermimpi, dan
daya ingatnya terganggu, halusinasi, atau kosong pikiran seringkali
diikuti oleh otomatisme. Misalnya, mengulang-ulang ucapan, melamun, atau
berlari-lari tanpa tujuan
c. Umum Sekunder
Perkembangan dari parsial sederhana atau kompleks menjadi umum.


Hubungan Epilepsi dengan Keturunan dan Pekerjaan
Pada epilepsi yang disebabkan oleh kumpulan gejala sebagai akibat dari
berbagai penyakit, tidak akan diturunkan kepada anak-anaknya.
Sebagai contoh: epilepsi yang timbul sebagai akibat cedera otak karena kecelakaan, tidak akan diturunkan kepada anak-anaknya. Pada epilepsi yang penyebabnya tidak diketahui ( epilepsi idiopatis), faktor keturunan pada penyandang epilepsi adalah kecil, kurang dari 5%. Yang diturunkan bukan epilepsinya, tetapi ambang rangsang kejang atau serangan yang rendah yang diturunkan. Namun bila kedua pasangan adalah penyandang epilepsi, maka resiko untuk mendapatkan anak dengan epilepsi menjadi lebih besar.
Adalah bijaksana untuk konsultasi pada dokter sebelum hamil. Jenis pekerjaan yang dapat dilakukan oleh penyandang epilepsi bergantung pada jenis epilepsinya dan sejauh mana serangannya dapat dikendalikan. Hal yang perlu diperhatikan adalah keselamatan kerja bagi penyandang epilepsi dan orang lain bila mendapat serangan.
Sebagian besar dapat dilakukan oleh penyandang epilepsi seperti pekerja tangan, guru, pekerja sosial, peneliti, penerjemah, olahragawan, pekerja kantor, ilmuwan.
Beberapa pembatas kerja bagi penyandang epilepsi adalah sebagai tentara,
polisi, pengemudi kendaraan umum (supir bis, pilot, masinis), pemadam
kebakaran, bekerja dengan mesin putar, berhubungan dengan alat listrik
tegangan tinggi, pekerja bangunan tinggi, operator alat pemanas atau
alat yg mudah pecah. Yang utama bagi penyandang epilepsi adalah
merencanakan pendidikannya sesuai dengan bakat dan keinginannya tetapi
dengan mempertimbangkan pada beberapa pekerjaan yang mengandung resiko
membahayakan dirinya atau orang lain bila mendapat serangan.
Epilepsi atau ayan bukanlah penyakit, melainkan suatu kondisi yang timbul akibat munculnya impuls listrik otak (seluruh bagian otak) yang bekerja tidak semestinya. Gejala klinisnya sangat kompleks, tetapi proses abnormal listrik sel-sel otak itu bisa terlihat pada Elektro Encephalografi (alat rekam listrik otak).
Pada keadaan normal, listrik otak akibat reaksi yang timbul adalah semua fungsi tubuh normal, seperti fungsi motorik, sensorik, fisik, dan organ-organ autonom. ''Ketika serangan epilepsi datang, penderita tersebut memancarkan listrik berlebih di otaknya yang mengakibatkan berbagai bentuk serangan. Misalnya, mendadak jatuh, kejang-kejang, kehilangan kontrol pada fungsi kencing atau buang air, mendadak mencium bau aneh, mendengar suara aneh, terjadi halusinasi atau ilusi, dan melihat kilatan-kilatan cahaya.
Penyebab epilepsi sendiri, terbagi dua kelompok, yakni idiopatik dan symtomatic.
Idiopatik merupakan golongan yang belum atau tidak diketahui penyebabnya.''Termasuk dalam bagian ini adalah yang bersifat diturunkan atau keturunan (genetik). Dari golongan idiopatik sebagian besar tidak permanen, sehingga pada usia tertentu akan sembuh total. Saat ini berkembang penelitian tentang pengobatan genetik.
symtomatic adalah golongan penderita epilepsi yang diketahui penyebabnya, seperti kelainan metabolik, trauma kepala, tumor kepala, stroke, kelainan pembuluh darah otak, infeksi otak, kelainan otak bawaan lahir atau pada perkembangannya, keracunan otak seperti logam timah dan penyakit-penyakit lain semisal Lupus Erythematosus ''Ada yang mengatakan, jika tersentuh busa atau lidah penderita epilepsi yang sedang terserang akan tertular, padahal tidak.
Prevalensi penderita epilepsi di Eropa yang berpenduduk 810 juta orang, terjadi serangan satu atau lebih dari sepanjang hidup orang Eropa terdapat 16 sampai 40 juta orang. Kasus insiden baru antara 40 sampai 70 per 100 ribu penduduk terdapat 0,3 sampai 0,6 juta orang menjadi epilepsi per tahunnya. ''Prevalensi di belahan Eropa baik kasus baru dan lama yang masih aktif per tahun ada 0,4 sampai 0,8 atau sebesar 3,2 sampai 6,5 juta orang,'.
Untuk Amerika dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang, diketahui terjadi insiden epilepsi 30-50 orang per 100 ribu per tahunnya. Prevalensinya 5-8 orang per 1.000 orang per tahun atau 1,25 sampai 2 juta orang per tahunnya. ''Sayangnya, prevalensi di Indonesia belum diketahui datanya secara pasti dan akurat.
Tidak ter-cover-nya penderita epilepsi ini dirasakan Nizar, karena faktor ekonomi, sehingga tidak pergi/berobat ke dokter dan faktor sosial. ''Diperberat lagi dengan mitos atau stigma bagi penderita epilepsi. Mereka dikatakan kemasukan setan atau diguna-guna, sehingga enggan berobat ke dokter. Sakit mental atau idiot. Ada lagi yang mangatakan kalau penyebabnya karena keturunan. Padahal, persentasenya sangat kecil dan itu pun sebagian besar terjadi pada usia tertentu dan sembuh.
Epilepsi, sesungguhnya dapat disembuhkan dengan obat-obat biasa. ''Dari seluruh penderita epilepsi hampir 85% sembuh total dan sisanya bisa terkontrol. Bahkan dalam persentase kecil operasi perlu dilakukan.
Kematian pada penderita, bukan disebabkan semata-mata oleh epilepsinya sendiri. Kecuali pada penderita (status epilepsi) dengan tipe kejang umum (terus-menerus) . ''Kematian lebih disebabkan karena benturan kepala akibat pendarahan otak atau diperburuk oleh penyakit lain, seperti jantung atau organ pernapasan, serta sebab-sebab nonmedis, semisal putus asa, sehingga melakukan bunuh diri.

Menangani Epilepsi
Epilepsi bukan penyakit, tetapi suatu kondisi akibat timbulnya impuls listrik otak yang tidak bekerja normal.
Pada waktu serangan penderita tidak melukai dirinya; jangan memaksa dengan kekuatan untuk menahan gerak penderita, kecuali pada tempat berbahaya; letakkan di tempat datar jika serangan pada posisi duduk atau berdiri; lepaskan semua
yang mengganggu di leher; jauhkan semua benda keras atau berbahaya dari penderita; posisikan pada satu sisi mulut/kepala penderita untuk mencegah tertelannya ludah atau sesuatu di mulut; letakkan bantalan lunak pada kepala dan leher; jangan masukkan sesuatu baik makanan/minuman/ obat ke mulut; setelah serangan biasanya lemas, perlu dibantu untuk pulang, tetapi jika tidur biarkan sampai bangun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SILAHKAN BERI KOMENTAR