-->

Selasa, 29 September 2009

proposal penelitian

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan berkembangnya zaman dan teknologi, pendidikan tidak hanya sekedar kewajiban tetapi telah menjadi suatu kebutuhan manusia. Dengan pendidikan, manusia dapat memperoleh kesejahteraan hidupnya serta dapat mengembangkan potensi dirinya.
Berbagai usaha telah ditempuh oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah adalah meningkatkan kemampuan profesional guru. Guru diharapkan dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang kondusif, inovatif dan kreatif dengan tetap berpegang teguh pada pendekatan yang berorientasi pada siswa. Hal ini dapat diwujudkan melalui berbagai cara, salah satunya adalah pembelajaran yang menerapkan prinsip-prinsip suatu model pembelajaran yang disertai dengan berbagai media pembelajaran.
Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa. Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Bloom (1982 : 11) mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu kemampuan kognitif, motivasi berprestasi dan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran adalah kualitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan ini menyangkut model pembelajaran yang digunakan.
Berdasarkan hasil observasi di kelas X.E SMAN 2 Kota Bengkulu ditemukan beberapa masalah dalam kegiatan pembelajaran fisika. Masalah-masalah tersebut timbul tidak hanya berasal dari siswa tetapi dapat pula berasal dari metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Dalam menyampaikan materi pelajaran fisika, guru lebih cenderung menggunakan metode ceramah tanpa memanfaatkan media yang ada sebagai alat bantu untuk mempermudahkan proses belajar mengajar. Hal ini tentunya kurang efisien karena waktu belajar untuk mata pelajaran fisika relatif singkat. Selain itu, Siswa lebih mudah mencerna materi pelajaran dan termotivasi apabila guru menyampaikan materi melalui suatu media visual dibandingkan dengan guru yang hanya menyampaikan materi melalui metode ceramah. Siswa lebih tertarik serta terfokus terhadap materi pelajaran fisika melalui gambar-gambar animasi yang divisualkan, siswa cenderung lebih memahami materi pelajaran jika penyampaian materi pelajaran disampaikan secara singkat dan jelas. Tetapi, pada kenyataanya hal ini tidak terlaksana sesuai dengan keinginan siswa sehingga siswa tidak termotivasi dan berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa di kelas X.E SMAN 2 Kota Bengkulu.
Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987: 25) dalam kiranawati 2007 sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Menurut teori motivasi ARCS siswa akan termotivasi jika apa yang dipelajari menarik perhatiannya, relevan dengan kebutuhan siswa, apa yang mereka pelajari membuat mereka puas dan dapat menambah rasa percaya diri. Oleh karena itu, model pembelajaran ARCS ini dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, dan sebagai suatu alternatif dalam usaha meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa.
Microsoft Power Point merupakan sebuah software yang dibuat dan dikembangkan oleh perusahaan Microsoft dan salah satu program berbasis multimedia. Di dalam komputer, biasanya program ini sudah dikelompokan dalam program Microsoft Office. Menurut Atang Gumawang (2005: 356) Microsoft Power Point adalah program aplikasi untuk membuat atau mengolah data presentasi. Data presentasi yang dibuat dapat berupa teks, tabel, grafik, gambar dan bagan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian yang berhubungan dengan media pembelajaran komputer berbasis Power Point dengan model pembelajaran ARCS di kelas X.E SMA N 2 Kota Bengkulu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka permasalahan penelitian ini adalah:
1. Apakah pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran ARCS melalui pemanfaatan media power point dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada konsep Alat-alat Optik kelas X.E di SMAN 2 Kota Bengkulu?
2. Apakah pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran ARCS melalui pemanfaatan media power point dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep Alat-alat Optik kelas X.E di SMAN 2 Kota Bengkulu?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan:
1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran ARCS melalui pemanfaatan media power point pada konsep Alat-alat Optik kelas X.E di SMAN 2 Kota Bengkulu
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran ARCS melalui pemanfaatan media power point pada konsep Alat-alat Optik kelas X.E di SMAN 2 Kota Bengkulu.


1.4 Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah, maka penelitian ini dibatasi pada pembelajaran fisika dengan model ARCS berbantuan komputer menggunakan program Microsoft Power Point, dengan materi penelitian pada pokok bahasan Alat-alat Optik dan penelitian dilakukan pada kelas X.E SMAN 2 Kota Bengkulu.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa, dapat memberikan gambaran tentang prestasi belajar siswa bila menggunakan dan menerapkan model ARCS dengan bantuan Media Pembelajaran Microsoft Power Point, sehingga dapat digunakan untuk memacu motivasi belajar siswa.
2. Bagi sekolah, sebagai bahan informasi mengenai penggunaan model ARCS dengan bantuan Microsoft Power Point terhadap peningkatan prestasi belajar siswa, sehingga dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam meningkatkan mutu pendidikan.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Belajar Mengajar
Pembelajaran adalah suatu kegiatan untuk menjadikan seseorang belajar. Pada pembelajaran terjadi kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik (http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran).
Menurut Slameto (1987: 2) belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”. Belajar adalah segenap aktifitas yang dilakukan seseorang sadar, baik berupa penambahan pengetahuan atau keterampilan yang menghasilkan tingkah laku baik berupa sifat psikis atau fisik.
Mengajar adalah menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan yang dimaksud terdiri dari beberapa komponen yang saling mempengaruhi yakni, tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi pelajaran yang diajarkan, guru dan murid sebagai objek yang berperan serta dalam jalinan hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang akan dilakukan serta prasarana belajar mengajar yang tersedia. Komponen-komponen itulah yang saling berinteraksi sebagai suatu sistem.
Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum lembaga pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam interaksi belajar mengajar seorang pengajar akan berusaha secara maksimal dengan mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu pengajar harus dapat menciptakan situasi dimana peserta didik dapat belajar.
2. 2 Model Pembelajaran ARCS
Model ARCS dikembangkan oleh Keller dan Kopp sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987: 289-319) dalam Kiranawati 2007.
Namun demikian, pada model pembelajaran ini tidak ada evaluasi (assessment), padahal evaluasi merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi adalah “proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan pengukuran hasil belajar” (Dimyati dan Mudjiono,1994 :200). Evaluasi yang dilaksanakan tidak hanya pada akhir kegiatan pembelajaran tetapi perlu dilaksanakan selama proses kegiatan berlangsung. Mengingat pentingnya evaluasi, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen evaluasi pada model pembelajaran tersebut (http://gurupkn.wordpress.com/2007/12/22/model-pembelajaran-arias/)


2.2.1 Komponen Model Pembelajaran ARCS
Model pembelajaran ARCS terdiri atas empat komponen yaitu attention, relevance, confidence dan satisfaction. Tetapi, mengingat pentingnya evaluasi maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen evaluasi pada model pembelajaran tersebut dalam Kiranawati 2007.
Komponen pertama dari model pembelajaran ARCS adalah perhatian (attention) yang kemudian ditopang melalui pembelajaran. Siswa menyelesaikan tugas-tugas dalam rangka melaksanakan kegiatan belajar. Perhatian awal siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan informasi emosional atau personal, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan awal yang dapat menarik minat siswa.
Komponen kedua adalah relevansi (relevance) yaitu berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan siswa merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu kalau apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta ada manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat. Dalam kegiatan pembelajaran, para guru perlu memperhatikan unsur relevansi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SILAHKAN BERI KOMENTAR