-->

Selasa, 29 September 2009

skrip proposal

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Seorang guru dalam menyajikan pelajaran seharusnya merencanakan metode yang akan digunakan, karena metode mengajar sangat menentukan tercapainya tujuan belajar. Faktor lain yang menentukan adalah siswa. Pada umumnya siswa ada yang kurang memiliki rasa ingin tahu, konsentrasi siswa sering terganggu karena terkadang ada siswa yang ribut di kelas, dan minat belajar siswa masih kurang karena menganggap fisika adalah pelajaran yang sulit untuk dipahami.
Dalam proses belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya fisika, guru hanya menyediakan waktu untuk membahas soal sebagai aplikasi teori yang diajarkan agar dapat dipahami oleh siswa. Siswa masih banyak yang mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan ataupun bertanya, karena siswa kurang mengetahui pokok masalah yang diberikan oleh guru. Tidak jarang dijumpai apabila siswa mengerjakan soal yang berbeda dari contoh soal maka ia akan kesulitan dalam menjawab. Selain itu ketika dihadapkan pada soal-soal bentuk pemecahan masalah, siswa nampak kebingungan karena tidak tahu harus mulai dari mana bekerja.
Kondisi ini merupakan salah satu penyebab belajar berbasis masalah kurang mendapat tempat yang semestinya, sehingga terus berlanjut siswa menjadi kurang senang dengan fisika dan akhirnya dapat menurunkan hasil belajar. Akibatnya nilai siswa cenderung rendah. Rendahnya nilai belajar siswa pada mata pelajaran fisika merupakan tantangan bagi guru fisika dalam melaksanakan proses belajar mengajar di sekolah.
Sesungguhnya menyelesaikan soal-soal untuk memecahkan masalah fisika, merupakan suatu aspek dalam pengajaran fisika yang banyak mengandung segi-segi positif, pendapat serupa yang dikemukakan Utari (1994:62) dalam Rosane (2003) bahwa pemecahan masalah dapat merangsang siswa berpikir dan berorientasi pada tantangan di masa depan. Oleh karena itu sangat diharapkan agar setiap guru membiasakan anak didiknya dalam proses belajar berbasis masalah. Salah satunya adalah memberikan tantangan untuk menyelesaikan soal-soal uraian dalam bentuk cerita maupun terapan (bentuk pemecahan masalah) sehingga segi-segi positif yang terkandung di dalamnya dan kemampuan daya fikir siswa dapat berkembang optimal.
Dari permasalahan di atas, penelitian ini menggunakan metode Problem Based Learning (belajar berbasis masalah)sebagai solusi yang akan diterapkan pada konsep gerak untuk membangkitkan aktivitas siswa dalam mempelajari mata pelajaran fisika di sekolah. Dengan metode ini diharapkan siswa akan terbiasa berpikir sendiri atau bekerja sama dengan teman dalam memecahakan masalah yang diberikan oleh guru pada saat proses belajar mengajar. Dengan demikian diharapkan siswa aktif dalam belajar dan dalam meyelesaikan soal dapat mengikuti langkah-langkah dalam proses pemecahan masalah. Berdasarkan hal di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran fisika dengan metode Problem Based Learning terhadap hasil belajar fisika di kelas 1 SMA Negeri 2 Kota Manna.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah ada pengaruh penerapan metode Problem Based Learning dalam pembelajaran fisika pada konsep gerak terhadap hasil belajar fisika kelas 1 SMA Negeri 2 Kota Manna?
2. Seberapa besar pengaruh penerapan metode Problem Based Learning dalam pembelajaran fisika pada konsep gerak terhadap hasil belajar fisika kelas 1 SMA Negeri 2 Kota Manna?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode Problem Based Learning terhadap hasil belajar fisika kelas 1 SMA Negeri 2 Kota Manna.
2. Untuk mengetahui besar pengaruh penerapan metode Problem Based Learning terhadap hasil belajar fisika kelas 1 SMA Negeri 2 Kota Manna.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
- Untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah dalam memahami konsep gerak sehingga prestasi siswa dapat meningkat
- Untuk membantu siswa agar terbiasa berpikir kritis dan analitis.
2. Bagi guru
Dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi guru untuk memvariasikan metode pembelajaran yang digunakan.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan dasar yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam memahami suatu pelajaran. Untuk melihat berhasil tidaknya seseorang dalam belajar diperlukan penilaian. Semiawan dalam Faried (2004) mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh dari pembelajaran yang dapat merupakan gambaran kemampuan yang dimiliki siswa (Winkel dalam Depdiknas (1996)). Bloom dalam Depdiknas (1996) mengklasifikasikan kategori hasil belajar ke dalam tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Hasil belajar merupakan suatu yang diperoleh dari aktivitas yang dilakukan secara sadar yang berupa perubahan dalam diri individu (Djamarah, 1994). Menurut Sabarti dalam Faried (2004) informasi hasil belajar dapat peroleh melalui tes. Menurut Semiawan dalam Faried (2004) tes hasil belajar adalah mengukur efek pengalaman yang secara relatif dicakup satu unit pengalaman yang disatandarkan, yaitu suatu rencana pelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh individu atau kelompok setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil yang dimaksud pada penelitian ini adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar mengajar fisika pada konsep gerak yang berupa nilai dalam bentuk angka.
2.2 Metode Problem Based Learning (Belajar Berbasis Masalah)
Menurut Lalu (1993:95).Metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Sedangkan mengajar adalah peristiwa yang terikat oleh tujuan, terarah pada tujuan dan dilakukan semata-mata untuk mencapai tujuan itu.
Berdasarkan pengertian di atas nyata sekali bahwa proses belajar mengajar tidak dapat dipisahkan dari proses mengajar. Pada pihak guru dapat dilihat suatu usaha untuk menimbulkan perubahan pada siswa, sedangkan pada pihak siswa kita lihat keinginan untuk merubah diri.
Menurut Lalu (1993:96) titik berat metode Problem Based Learning terletak pada “pemecahan secara rasional, logis, benar dan tepat dengan penentuan alternatif yang berguna”. Permasalahan akan timbul apabila terdapat ketidakcocokan antara keadaan nyata (aktual) dengan keadaan yang dikehendaki (ideal). Landasan metode ini adalah berpikir reflektif atau berpikir kritis dengan pola : (a). menyadari adanya masalah, (b). mencari petunjuk pemecahannya dengan menggunakan cara yang palinh tepat, (c). memecahkan masalah dengan bekerja sama dengan orang lain. Sedangkan menurut Soetomo (1993) melalui metode Problem Based Learning siswa belajar memecahkan masalah melalui prosedur kerja ilmiah. Dengan kata lain, bila seorang siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah maka siswa mempunyai keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang telah diperoleh.


a. Langkah-Langkah Metode Problem Based Learning
Dalam menyelesaikan soal-soal fisika siswa perlu diberikan cara-cara atau pemecahan soal. Dengan menerapkan langkah-langkah pemecahan masalah siswa akan dapat menarik kesimpulan sendiri dari masalah yang ditemukan. Untuk sampai pada kesimpulan dalam pemecahan masalah, siswa harus mengenal pola-pola dan prosedur yang berlaku dalam pemecahannnya.
Metode Problem Based Learning yang dikembangkan oleh P. Heller dalam Dave dapat diuraikan dalam lima langkah, yaitu: (a) memusatkan masalah, (b). uraikan ilmu fisika, menyederhanakan, memperkenalkan hubungan yang bermanfaat, (c). rencanakan solusi, (d). laksanakan rencana, (e). evaluasi jawaban, mencari kesalahan, dan meyakinkan jawaban bias dipertimbangkan.(www.physics.ohio-state.edu)
Miller dalam Neri (2003) menerangkan secara garis besar tentang pendekatan yang dapat membantu dalam pemecahan soal fisika dengan langkah-langkah: (a). menggambarkan tentang situasi yang menggmbarkan isi soal, (c) carilah variabel yang diketahui dan ditanyakan, (d). tentukan kebutuhan-kebutuhan untuk menjawab pertanyaan, (c). cobalah memecahkan secara kasar, (f). pecahakan soal, (g). pikirkan jawaban yang masuk akal.
Berdasarkan pendapat di atas maka langkah-langkah yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi lima langkah, yaitu : (a) menentukan variabel/besaran fisika dalam soal, (b) pemeriksaan awal, (c) pembuatan diagram atau gambar, (d) penyusunan rangkaian penyelesaian, (e) penyelesaian.

b. Langkah-Langkah pembelajaran dengan Metode Problem Based Learning
Petunjuk bagi guru dalam melaksanakan pendekatan problem based learning diberikan oleh Staccy dan Southwell dalam Saleh (2004), sebagai berikut: (a). berikan suatu masalah yang dapat dinikmati dari pengalaman yang menarik, (b). adakalanya perlu ditunjukkan kepada siswa bagaimana mengerjakan masalah itu dan arahkan perhatian mereka pada keterampilan pemecahan masalah dan strategi yang dapat digunakan, (c). anjurkan kepada siswa untuk menentukan suatu langkah permulaan, melihat kembali metoda yang tidak berhasil dikerjakan dan mencoba membandingkannya.
Menurut Lalu (1993:96) langkah-langkah pengajaran dengan metode problem based learning adalah : (a). menentukan permasalahan sebagai topik, (b). merumuskan TIK, (c). merumuskan langkah-langkah pemecahan masalah, (d). menentukan kriteria pemecahan masalah yang terbaik. Sedangkan dalam pelaksanaannya hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru adalah: (a). menjelaskan TIK, (b). menjelasakan pelaksanaan pemecahan masalah, (c). kegiatan pemecahan masalah.
Dari pendapat para ahli di atas dapat dikemukakan metode mengajar guru dalam problem based learning adalah sebagai berikut: (a). Guru menyampaikan masalah (soal) yang menarik minat siswa dan menantang keingintahuan siswa, (b). siswa diminta menggambarkan persoalan atau membuat diagramnya agar persoalan menjadi lebih jelas, (c). untuk memecahkan masalah siswa diminta untuk memberikan beberapa alternatif pemecahannya, (d). dengan bimbingan guru, siswa menyelesaikan salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut, (e). siswa meninjau kembali langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mengecek apakah terdapat kesalahan mulai dari langkah pertama hingga langkah terakhir.
2.3 Penelitian yang Relevan
Neri (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Problem Based Learning dalam belajar fisika: Studi kasus Pada Konsep Dinamika Partikel Di Program Studi Pendidikan Fisika Angkatan 2001 mengemukakan bahwa mahasiswa fisika dalam menyelesaikan soal-soal fisika sudah menggunakan langkah Problem Based Learning tetapi presentasinya kecil sekali, yaitu 21 % sedangkan yang tidak menggunakan langkah Problem Based Learning sebanyak 76 %.
Penelitian lain yang dilakukan Neti (2002) yang berjudul Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Metode Pemecahan Masalah Pada Pokok Bahasan Cahaya di Kelas 2 SMP Negeri 8 Kota Bengkulu mengemukakan bahwa dengan menerapkan metode pemecahan masalah pada pembelajaran fisika maka dapat terlihat bahwa belajar siswa meningkat. Sedangkan menurut Rosane (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Studi Pengembangan Metode Pemecahan Masalah Dengan Menggunakan Pengetahun Prosedural Menunjang Kurikulum Berbasis Kompetensi mendapatkan bahwa siswa tertarik dengan pembelajaran yang menggunakan langkah pemecahan masalah.
2.4 Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian saat pembelajaran berlangsung menerapkan metode Problem Based Learning untuk menyelesaikan soal-soal yang dihadapi dan diharapkan siswa akan selalu menerapkan strategi pemecahan soal. Siswa diharapkan tidak mengalami kesulitan apabila menghadapi soal-soal yang lain yang berbeda dengan contoh soal yang diberikan sehingga diharapkan hasil belajar siswa menjadi bagus.
Berdasarkan konsep teoritis sebagaimana telah dijelaskan di atas, yang dimaksud pembelajaran dengan metode Problem Based Learning adalah cara belajar dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan masalanh dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil yang dimaksud pada penelitian ini adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar mengajar fisika pada konsep gerak yang berupa nilai dalam bentuk angka.














2.5 Hipotesis
Ho = Tidak ada pengaruh pembelajaran fisika dengan metode Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa.
Ha = Terdapat pengaruh pembelajaran fisika dengan metode Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa.
(Arikunto S, 2002:251)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yang mengungkapkan pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Melalui metode ini dapat diperoleh data mengenai pengaruh pembelajaran fisika dengan metode Problem Based Learning terhadap hasil belajar fisika di kelas 1 SMA Negeri 2 Kota Manna.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 2 Kota Manna, dari tanggal 1 Februari sampai dengan 31 Maret 2009.
3.3 Variabel Penelitian
a) Variabel bebas (Variabel Dependen)
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau keluarnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran fisika dengan metode Problem Based Learning.
b) Variabel terikat (Variabel Independen)
Variabel terikat adalah variabiel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar fisika di kelas 1 SMA Negeri 2 Kota Manna.
3.4 Disain Penelitian
Penelitian ini tergolong dalam penelitian True Experimental Design dengan disain Control Group pre-test post-test. Penelitian ini merupakan disain penelitian
yang menggunakan kelas kontrol. Dengan adanya kelompok kontrol ini akibat yang diperoleh dari perlakuan dapat diketahui secara pasti karena dibandingkan dengan yang tidak mendapat perlakuan. Perbedaan yang disebabkan karena perlakuan eksperimen ditentukan dengan membandingkan skor-skor pre test dan post test yang dihasilkan dari alat ukur yang sama atau relatif identik. Disain penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan berikut:




(Arikunto,1998:85-86)
Gambar 1. Disain Penelitian
Keterangan :
R1 : Rancangan pembelajaran dengan metode Problem Based Learning
R2 : Rancangan pembelajaran tanpa metode Problem Based Learning
θ1 : Pelaksanaan tes awal (pre test)
θ2 : Pelaksanaan tes akhir (post test)
X1 : Pembelajaran dengan metode Problem Based Learning
X1 : Pembelajaran dengan tanpa metode Problem Based Learning
3.5 Populasi dan Sampel
a) Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 1 SMA Negeri 2 Kota Manna tahun ajaran 2008/2009 yang terdiri dari enam kelas.
b) Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik cluster sampling, yaitu dengan mengambil beberapa kelas dari anggota populasi diantara kelas-kelas yang homogen. Dari kelas tersebut untuk menentukan kelas yang dijadikan sampel berdasarkan nilai rata-rata ulangan fisika. Empat kelas dengan kemampuan yang sama (homogen) dijadikan sampel, satu kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas lain sebagai kelas kontrol.
3.6 Disain Pengajaran dengan Metode Problem Based Learning
Langkah-langkah yang dilakukan untuk melaksanakan pengajaran dengan metode problem based learning adalah:
1. Merumuskan perangkat pembelajaran seperti Satuan Pelajaran dan Rencana Pembelajaran.
2. Membuat lembar observasi siswa yang digunakan untuk melihat apakah siswa menggunakan langkah problem based learning dalam memecahkan masalah
3. Membuat alat evaluasi berupa tes tertulis yang berbentuk essai yang sesuai dengan metode problem based learning, untuk digunakan sebagai soal pre test dan post test.
Skenario model pembelajaran dengan metode Problem Based Learning:
I. Pendahuluan
1. Mengingatkan persepsi awal siswa.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran.


II. Penerapan
1. Menjelaskan konsep gerak.
2. Menjelaskan contoh cara menyelesaikan soal dengan menggunakan langkah problem based learning.
3. Siswa dihadapkan pada masalah (soal) untuk dipecahkan dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah, yaitu : (a) menentukan variabel/besaran fisika dalam soal, (b) pemeriksaan awal, (c) pembuatan diagram atau gambar, (d) penyusunan rangkaian penyelesaian, (e) penyelesaian.
4. Lebih menekankan pada proses yang dilakukan oleh siswa dalam memecahkan masalah dengan memperhatikan setiap tahap-tahap yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan masalah (soal).
III. Penutup
1. Mendiskusikan rangkuman pelajaran
IV. Evaluasi
1. Mengadakan tes.







3.7 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data digunakan tes dan lembar observasi siswa. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto,1998:139).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
a. Lembar kerja siswa saat pre-tes digunakan untuk memperoleh data awal sebelum sampel diberikan perlakuan.
b. Lembar kerja siswa saat pos-tes dilakukan untuk mendapatkan data yang diambil
sesudah sampel diberikan perlakuan.
c. Lembar observasi siswa untuk melihat apakah siswa menggunakan langkah problem based learning dalam memecahkan masalah.
3.8 Kisi-Kisi Soal
Dalam penelitian ini, butir tes diambil dari soal-soal yang terdapat dalam buku fisika kelas 1 SMA yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran khlusus (TPK). Penyusunan alat evaluasi diawali dengan pembuatan kisi-kisi soa yang digunakan untuk soal pre-tes dan pos-tes.

No.
No TPK
Materi Ranah Kognitif Jumlah
C4 C5 Butir %
1. 2.3 Gerak Lurus Beraturan 1 1 30
2. 2.14 Gerak Lurus Berubah Beraturan 2 1 30
3. 2.8, 2.11 Gerak Jatuh Bebas 3 4,5 3 40
Jumlah 5 100

Tabel 1. Kisi-kisi Soal Pre-tes dan Pos-tes
3.9 Teknik Analisa Data
3.9.1 Penentuan Skor
Dalam penelitian ini akan diterapkan lima langkah pemecahan masalah yang harus diterapkan oleh siswa setiap menyelesaikan soal-soal dalam kegiatan belajar mengajar. Penilaian pada lembar jawaban siswa dengan skor 10 untuk setiap soal. Setiap langkah memiliki skor yang berbeda-beda. Penentuan skor untuk setiap langkah berdasarkan tingkat kesulitan dan banyak konsep, prinsip atau hukum-hukum fisika yang digunakan untuk memperoleh jawaban soal. Pembagian skor untuk setiap soal jawaban yang pasti dapat dilihat pada tabel berikut :
Langkah-langkah Pemecahan Masalah Benar Keseluruhan Mendekati benar Jawaban
salah Tidak ada jawaban
1. Menentukan variabel/besaran fisika dalam soal 1 0,75 0,25 0
2. Pembuatan diagram atau gambar 2 1,5 0,5 0
3. Rumus dan hukum yang digunakan 2 1,5 0,5 0
4. Arah gaya atau gerakan 1 0,75 0,25 0
5. Harga atau nilai 4 3 1 0
Total nilai 10 7,5 2,5 0

Tabel 2. Tuntunan Penilaian pada Lembar Jawaban Siswa.
3.9.2 Penentuan Nilai Siswa
a) Nilai Tes Siswa
Data yang diperoleh dari kertas siswa dianalisa untuk mengetahui apakah langkah pemecahan soal telahdigunakan siswa dalam menyelesaikan soal, dengan menggunakan langkah-langkah yang telah ditentukan. Sebagai pedoman dalam mengkoreksi digunakan kunci jawaban. Untuk menentukan nilai siswa digunakan rumus :
Nilai Siswa = X 100

b) Nilai Lembar Observasi Siswa
Soal yang telah dikerjakan siswa selain diperiksa untuk melihat berapa nilai dengan kunci jawaban juga diperiksa dengan menggunakan lembar observasi siswa. Lembar observasi digunakan untuk melihat seberapa sering siswa menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah. Tiap-tiap item lembar observasi siswa dianalisis dengan ketentuan sebagai berikut : baik (3), cukup (2), dan kurang (1).
3.9.3 Uji Normalitas
Dalam uji normalitas digunakan metode Liliefors melalui program Excell 2000 for Windows, serta dengan bantuan program pendukung stat regresi 2.7.
a. Hipotesis
Ho = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Hi = sampel berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal
b. Hipotesis nol diterima atau ditolak dengan membandingkan Lo atau Lhitung dengan nilai kritis Ltabel untuk taraf signifikansi yang dipilih, kriteria uji dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05, Ho diterima, jika Lo < Ltabel.
3.9.4 Uji Statistik Homogenitas
Untuk uji homogenitas digunakan uji Barlett, yaitu kesamaan varians antara kelompok data Y yang dikelompokkan berdasarkan kesamaan data X. Secara statistik, hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
Ho : σ12 = σ22 = …… σi2
Hi : Paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku.
Hasil akhir perhitungan uji homogenitas data Y atas X dengan rumus Barlett menghasilkan χ2hitung ≥ χ2tabel α =0,05 dengan dk (k-1) maka Ho ditolak.
3.9.5 Uji-regresi
Uji-regresi linier yang dilakukan untuk melihat keterpautan variabel terikat dengan variabel bebas serta seberapa besar keterpautan antara kedua variabel tersebut. Dalam melakukan uji-regresi linier perlu melakukan uji-t yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Untuk melihat signifikansi perbedaan hasil tes siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat digunakan dengan uji-t.
Rumus uji-t menurut Ibrahim dan Sudjana (1990:143) adalah sebagai berikut :
t =
Keterangan :
n1 = Jumlah sampel (kelas eksperimen)
n2 = Jumlah sampel (kelas kontrol)
X1 = Nilai rata-rata (kelas eksperimen)
X2 = Nilai rata-rata (kelas kontrol)
S1 = Simpangan Baku (kelas eksperimen)
S2 = Simpangan Baku (kelas kontrol)
Maka kriteria dengan tingkat signifikan α = 0,05, Ho diterima, jika thitung < ttabel



3.9.6 Analisis Regresi
Uji-regresi linier yang dilakukan untuk melihat keterpautan variabel terikat dengan variabel bebas serta seberapa besar keterpauatan kedua variabel tersebut. Untuk menyatakan tes linieritas antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y)
a. Hipotesis regresi linier
Ho : persamaan regresi linier
Ha : persamaan regresi tidak linier
b. Tes linieritas regresi menggunakan rumus :
Sr =
Sr2 =
JK (E) =
JK (TC) = JK (Residu) – JK (E)
c. Kriteria uji dengan menggunakan taraf signifikan α = 0,05, Ho ditolak jika Fhitung ≥ F(1-α)(k-2,n-k), dengan k adalah kelas interval.
Untuk melihat seberapa besar penagaruh dari penggunaan metode problem based learning terhadap prestasi dapat diketahui dengan menggunakan analisa regresi sederhana (Nana Sudjana, 1989:159)
Y = a + bX
Keterangan :
Y = post test (variabel dependen)
X = pre test (variabel independen)
a = intercept
b = koefisien regresi
Syarat untuk mengetahui berapa persen variabel dependen dapat diterangkan oleh variasi dari variabel independen, digunakan koefisien determinasi, yaitu :
r =
Keterangan :
r2 = koefisien determinasi (0 < R < 1)
r = koefisien korelasi
n = banyaknya sampel
(Arikunto,1998:256)
Jika nilai koefisien korelasi telah didapat, maka besar pengaruh dapat dicari dengan rumus d = r2 x 100 %.










PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE PROBLEM BASED LEARNING PADA KONSEP GERAK TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS 1 SMA NEGERI 2 KOTA MANNA

(DESCRIPTION RESEARCH)





PROPOSAL

RIKA CAROLINA
A1E005014



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2008
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta.
Dave Van Domelen. Problem Based Learning Strategis : Mepping and Prespective Methods. www.phyisics.ohio-state.edu.

Lalu, Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pola CBSA. Usaha Nasional : Surabaya.

Neri. 2003. Penerapan Problem Based learning; Studi Kasus Pada Konsep Dinamika Partikel di Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2001: UNIB.

Neti. 2002. Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Metode Belajar Berbasis Masalah Pada Pokok Bahasan Gerak di Kelas 1 SMP Negeri 8 Kota Bengkulu: UNIB.

Rosane. 2003. Studi Pengembangan Metode Pemecahan Masalah dengan menggunakan Pengetahuan Prosedural Menunjang Kurikulum Berbasis Kompetensi: UNIB.

Saleh. 2004. Pendekatan Problem Based Learning dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar: UNIB.

Soetomo. 1993. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Usaha Nasional: Surabaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SILAHKAN BERI KOMENTAR