-->

Selasa, 29 September 2009

skipsi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan berkembangnya zaman dan teknologi, pendidikan tidak hanya sekedar kewajiban tetapi telah menjadi suatu kebutuhan manusia. Dengan pendidikan, manusia dapat memperoleh kesejahteraan hidupnya serta dapat mengembangkan potensi dirinya.
Berbagai usaha telah ditempuh oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah adalah meningkatkan kemampuan profesional guru. Guru diharapkan dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang kondusif, inovatif dan kreatif dengan tetap berpegang teguh pada pendekatan yang berorientasi pada siswa. Hal ini dapat diwujudkan melalui berbagai cara, salah satunya adalah pembelajaran yang menerapkan prinsip-prinsip suatu model pembelajaran yang disertai dengan berbagai media pembelajaran.
Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa. Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal.. Bloom (1982 : 11) mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu kemampuan kognitif, motivasi berprestasi dan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran adalah kualitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan ini menyangkut model pembelajaran yang digunakan.
Berdasarkan hasil observasi di kelas X.E SMA Negeri 2 Kota Bengkulu ditemukan beberapa masalah dalam kegiatan pembelajaran fisika. Masalah-masalah tersebut timbul tidak hanya berasal dari siswa tetapi dapat pula berasal dari metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Dalam menyampaikan materi pelajaran fisika, guru lebih cenderung menggunakan metode ceramah tanpa memanfaatkan media yang ada sebagai alat bantu untuk mempermudahkan proses belajar mengajar. Hal ini tentunya kurang efisien karena waktu belajar untuk mata pelajaran fisika relatif singkat.
Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987: 25) dalam kiranawati 2007 sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987: 289-319). Selain itu, Siswa lebih mudah mencerna materi pelajaran dan termotivasi apabila guru menyampaikan materi melalui suatu media visual dibandingkan dengan guru yang hanya menyampaikan materi melalui metode ceramah. Siswa lebih tertarik serta terfokus terhadap materi pelajaran fisika melalui gambar-gambar animasi yang divisualkan, siswa cenderung lebih memahami materi pelajaran jika penyampaian materi pelajaran disampaikan secara singkat dan jelas.
Microsoft Power Point merupakan sebuah software yang dibuat dan dikembangkan oleh perusahaan Microsoft dan merupakan salah satu program berbasis multimedia. Di dalam komputer, biasanya program ini sudah dikelompokan dalam program Microsoft Office. Menurut Atang Gumawang ( 2005: 356) Microsoft Power Point adalah program aplikasi untuk membuat atau mengolah data presentasi. Data presentasi yang dibuat dapat berupa taks, tabel, grafik, gambar dan bagan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian yang berhubungan dengan media pembelajaran komputer berbasis Power Point dengan model pembelajaran ARCS di kelas X.E SMA N 2 Kota Bengkulu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka permasalahan penelitian ini adalah:
1. Apakah pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran ARCS melalui pemanfaatan media power point dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada konsep Optik geometrik kelas X.E di SMAN 2 Kota Bengkulu?
2. Apakah pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran ARCS melalui pemanfaatan media power point dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep Optik geometrik kelas X.E di SMAN 2 Kota Bengkulu?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan:
1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran ARCS melalui pemanfaatan media power point pada konsep Optik geometrik kelas X.E di SMAN 2 Kota Bengkulu
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran ARCS melalui pemanfaatan media power point pada konsep Optik geometrik kelas X.E di SMAN 2 Kota Bengkulu.
1.4 Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah, maka penelitian ini dibatasi pada pembelajaran fisika dengan model ARCS berbantuan Komputer menggunakan program Microsoft Power Point, dengan materi penelitian pada pokok bahasan Optik Geometrik dan penelitian dilakukan pada kelas X.E SMAN 2 Kota Bengkulu.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa, dapat memberikan fakta tentang prestasi belajar siswa bila menggunakan dan menerapkan model ARCS dengan bantuan Media Pembelajaran Microsoft Power Point, sehingga dapat digunakan untuk memacu motivasi belajar siswa.
2. Diharapkan penelitian ini dapat menunjukkan perbedaan yang berarti antara pengajaran fisika dengan Media Pembelajaran Microsoft Power Point dibandingkan dengan pengajaran fisika yang dilaksanakan tanpa menggunakan media tersebut.
3. Bagi sekolah, sebagai bahan informasi mengenai penggunaan model ARCS dengan bantuan Microsoft Power Point terhadap peningkatan prestasi belajar siswa, sehingga dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam meningkatkan mutu pendidikan.










BAB II
KERANGKA TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Proses Belajar Mengajar
Pembelajaran adalah suatu kegiatan untuk menjadikan seseorang belajar. Pada pembelajaran terjadi kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik ( http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran).
Menurut Slameto (1987: 2) belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”. Belajar adalah segenap aktifitas yang dilakukan seseorang sadar, baik berupa penambahan pengetahuan atau keterampilan yang menghasilkan tingkah laku baik berupa sifat psikis atau fisik.
Mengajar adalah menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan yang dimaksud terdiri dari beberapa komponen yang saling mempengaruhi yakni, tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi pelajaran yang diajarkan, guru dan murid sebagai objek yang berperan serta dalam jalinan hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang akan dilakukan serta prasarana belajar mengajar yang tersedia. Komponen-komponen itulah yang saling berinteraksi sebagai suatu sistem.
Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum lembaga pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam interaksi belajar mengajar seorang pengajar akan berusaha secara maksimal dengan mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu pengajar harus dapat menciptakan situasi dimana peserta didik dapat belajar.
2.1.2 Model Pembelajaran ARCS
Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987: 25) dalam kiranawati 2007 sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987: 289-319).
Namun demikian, pada model pembelajaran ini tidak ada evaluasi (assessment), padahal evaluasi merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi adalah “proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan pengukuran hasil belajar” (Dimyati dan Mudjiono,1994 :200). Evaluasi yang dilaksanakan tidak hanya pada akhir kegiatan pembelajaran tetapi perlu dilaksanakan selama proses kegiatan berlangsung.. Mengingat pentingnya evaluasi, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen evaluasi pada model pembelajaran tersebut.
2.1.2.1 Komponen Model Pembelajaran ARCS
Seperti yang telah dikemukakan model pembelajaran ARCS terdiri dari empat komponen (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction). Mengingat pentingnya evaluasi (assessment ), maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen evaluasi pada model pembelajaran tersebut.
Komponen pertama dari model pembelajaran ARCS adalah attention atau perhatian yang kemudian ditopang melalui pembelajaran. Siswa menyelesaikan tugas-tugas dalam rangka melaksanakan kegiatan belajar. Perhatian awal siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan informasi emosional atau personal, dengan memberikan pertanyaan, menciptakan kegiatan yang menantang, contoh-contoh minat manusia.
Komponen kedua adalah Relevance atau relevansi, yaitu berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan Siswa merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu kalau apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta ada manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat. Dalam kegiatan pembelajaran, para guru perlu memperhatikan unsur relevansi ini. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan relevansi dalam pembelajaran adalah:
1. Megemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai
2. Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang atau untuk berbagai aktivitas di masa mendatang
3. Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai-nilai yang dimiliki siswa.
Komponen ketiga adalah confidence yaitu rasa percaya diri. Siswa yang kurang percaya diri dan terlalu percaya diri akan menimbulkan masalah dalam kegiatan pembelajaran. Untuk menghadapi masalah ini adalah dengan menciptakan tingkat harapan yang sesuai untuk mencapai keberhasilan. Siswa yang merasa kurang percaya diri harus diyakinkan bahwa ia memiliki keterampilan dan pengetahuan tertentu untuk dapat mencapai keberhasilan. Sebaliknya, siswa yang terlampau percaya diri harus diyakinkan bahwa ada rincian-rincian penting dalam pembelajaran yang tetap perlu dipelajari. Apabila para siswa tersebut telah mencapai tujuan yang diharapkan maka diberi pelajaran yang lebih lanjut.
Komponen keempat model pembelajaran ARCS adalah satisfaction yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain :
1. Memberi penguatan (reinforcement), penghargaan yang pantas baik secara verbal maupun non-verbal kepada siswa yang telah menampilkan keberhasilannya
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan/ keteampilan yang baru diperoleh diperoleh dalam situasi nyata atau simulasi
3. Memperlihatkan perhatian yang besar kepada siswa, sehingga mereka merasa dikenal dan dihargai oleh guru
4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk membantu teman mereka yang mengalami kesulitan atau memerlukan bantuan
Mengingat pentingnya evaluasi, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen evaluasi. Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga oleh siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri (self assessment) atau evaluasi diri. Evaluasi diri dilakukan oleh siswa terhadap diri mereka sendiri, maupun terhadap teman mereka. Hal ini akan mendorong siswa untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil yang maksimal. Mereka akan merasa malu kalau kelemahan dan kekurangan yang dimiliki diketahui oleh teman mereka sendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri merupakan evaluasi yang mendukung proses belajar mengajar serta membantu siswa meningkatkan keberhasilannya. Dengan demikian, evaluasi diri dapat mendorong siswa untuk meningkatkan apa yang ingin mereka capai.. Oleh karena itu, untuk mempengaruhi hasil belajar siswa evaluasi perlu dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi antara lain adalah:
1. Mengadakan evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja siswa.
2. Memberikan evaluasi yang obyektif dan adil serta segera menginformasikan hasil evaluasi kepada siswa.
3. Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri.
4. Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap teman.
2.1.3 Penggunaan Media pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata Medium. Secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan ( Syaiful Bahri,1995: 136).
Macam-macam media
1. Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam:
a. Media Auditif
Media Auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam.
b. Media Visual
Media Visual adalah media yang hanya mengandalkan indra pengelihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan.
c. Media Audiovisual
Media Audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsure gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi media auditif dan media visual.
2. Dilihat dari gaya liputnya, media dibagi dalam:
a. Media dengan daya liput luas dan serentak
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama. Contohnya radio dan televisi
b. Media daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat
Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film, sound slide yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.
c. Media untuk pengajaran individual
Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri. Yang termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.
Secara umum media mempunyai kegunaan:
1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitas
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra
3. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar
4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai bakat dan kemampuan visual
5. Memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.
Manfaat media pengajaran antara lain: (1) pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. (2) bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik. (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga. (4) siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, mendemonstrasikan dan lain-lain.
Sasaran penggunaan media adalah agar anak didik menciptakan sesuatu baru dan mampu memanfaatkan sesuatu yang telah ada untuk dipergunakan dengan bentuk dan variasi lain yang berguna dalam kehidupannya. Dengan demikian, mereka dengan mudah mengerti dan memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru kepada mereka.
2.1.4 Microsoft Power Point
Microsoft Power Point merupakan sebuah software yang dibuat dan dikembangkan oleh perusahaan Microsoft dan merupakan salah satu program berbasis multimedia. Di dalam komputer, biasanya program ini sudah dikelompokan dalam program Microsoft Office. Menurut Atang Gumawang ( 2005: 356) Microsoft Power Point adalah program aplikasi untuk membuat atau mengolah data presentasi. Data presentasi yang dibuat dapat berupa taks, tabel, grafik, gambar dan bagan.
Penggunaan program Power Point memiliki kelebihan sebagai berikut:
1. Penyajiannya menarik karena ada permainan warna, huruf dan animasi. Baik animasi teks maupun animasi gambar atau foto
2. Lebih merangsang anak untuk mengetahui lebih jauh informasi tentang bahan ajar yang tersaji
3. Pesan informasi secara visual mudah dipahami peserta didik
4. Tenaga pendidik tidak perlu banyak menerangkan bahan ajar yang disajikan
5. Dapat diperbanyak sesuai kebutuhan dan dapat dipakai secara berulang-ulang
6. Dapat disimpan dalam bentuk data optic atau magnetic. ( CD/ disket/ flashdisk) sehingga praktis untuk dibawa kemana-mana.
2.1.4.1 Elemen Dasar Jendela Kerja Power Point.






Gb. 2.1 Elemen Dasar Jendela Power Point



Elemen dasar jendela Power Point yang perlu diketahui diantaranya:
1. Baris Judul

Gb. 2.2 Judul Power Point
Judul menunjukkan nama file presentasi yang sedang dikerjakan. Judul berguna sebagai identitas file yang sedang kita kerjakan. Baris judul dapat juga digunakan untuk memindahkan jendela ke posisi lain yang kita inginkan dengan cara digeser.
2. Baris Menu (Menu Utama)

Gb. 2.3 Baris Menu Power Point
Menu utama atau dalam bahasa inggris dikenal dengan main menu, adalah sebuah tampilan menu drop-down yang bertugas untuk mempermudah pengguna mengakses fungsi-fungsi yang di akomodasi oleh Power Point. Menu utama menampung hamper semua fungsi yang ada di Microsoft Power Point. Apabila diklik, menu utama akan menampilkan menu anak yang bersangkutan, biasanya tertera pintasan/shortcut untuk mengakses menu tersebut memiliki pintasan.


Gb. Tampilan File-open
3. Toolbar

Gb. Toolbar Power Point
Berisi icon-icon yang digunakan untuk menjalankan suatu perintah dengan cepat dan mudah, terutama untuk perintah-perintah yang sering digunakan.





4. Task Pane

Gb. Task Pane
Berupa jendela yang ditampilkan di sebelah kanan area slide yang akan membantu pada saat mengeditn slide. Jendela task pane ditampilkan secara otomatis dan isinya akan menyesuaikan dengan pekerjaan yang sedang dilakukan, jika perlu kita dapat memilih dan menampilkan sendiri isi task pane sesuai kebutuhan
5. Area Slide dan Outline
Tampilan Slide
Tampilan Outline



Gb. Toolbar Power Point
Area slide menampilkan slide aktif yang sedang dirancang atau diedit. Sedangkan Area Outline akan menampilkan kerangka presentasi yang mencakup judul dan isi materi presentasi secara keseluruhan. Area catatan digunakan untuk memberikan catatan pada slide yang sedang dipilih.
6. Office assistant

Gb. Office Assistant Power Point
Office assistant adalah tokoh animasi yang biasa tampak di layar apabila kita memerlukan pertolongan, apabila belum Nampak dapat diakses dengan cara menekan menu Help-Show the Office Assistant
2.1. 5 Penggunaan media Komputer dalam Proses Pembelajaran
Aplikasi komputer dalam bidang pembelajaran memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara individual (individual learning). Berbagai bentuk interaksi pembelajaran dapat berlangsung dengan tersedianya media komputer. Penggunaan komputer dalam bidang pendidikan sebagai alat bantu langsung dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan pembelajaran dua aspek yang menonjol yaitu, metode dan media pembelajaran. Media pembelajaran dapat membantu meningkatkan pemahaman dan penguasaan belajar siswa.
Menurut Arsyad (2000) terdapat beberapa petunjuk untuk penayangan teks media berbasis komputer, yaitu : (1) layar/ monitor komputer bukanlah halaman, tetapi penayangan yang dinamis yang bergerak berubah dengan perlahan-lahan. (2) tidak boleh berperilaku padat, bagi ke dalam beberapa penayangan. (3) pilihlah huruf normal, tak berhias. (4) gunakan antara tujuh sampai sepuluh kata perbaris karena lebih mudah membaca kalimat pendek daripada kalimat panjang. (5) tidak memenggal kata pada akhir baris pertama layar tayangan, meluruskan baris kalimat pada sebelah kiri, namun di sebelah kanan lebih baik tidak lurus karena lebih mudah membacanya. (6) jarak atau spasi disarankan untuk tingkat keterbacaan yang lebih baik. (7) pilih karakter huruf tertentu untuk judul dan kata-kata kunci. (8) teks diberi kotak apabila teks itu berada bersama-sama dengan grafik atau representasi visual lainnya pada layar tayangan yang sama, dan (10) konsisten dengan gaya dan format yang dipilih.
Proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan secara umum melibatkan dua informasi yang cukup penting, yaitu informasi yang diperoleh dari interaksi antar manusia dan media informasi yang bukan manusia. Sumber informasi yang bukan manusia merupakan media pengajaran, dapat berupa media cetak dan media audio visual. Media audio visual dapat menyampaikan pengertian atau informasi dengan cara yang konkrit atau lebih nyata daripada disampaikan oleh kata-kata yang diucapkan, dicetak atau ditulis.
Dengan adanya komputer yang semakin canggih siswa dapat bermain sambil belajar untuk mendapatkan informasi. Penggunaan komputer dalam pembelajaran fisika diharapkan menarik minat belajar siswa dan menjadi pendorong bagi siswa untuk mengetahui lebih banyak informasi khususnya pendidikan.

2.1.6 Pengertian Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses dimana setiap siswa dituntut terlibat secara aktif. Melalui proses belajar diharapkan siswa mengalami perubahan-perubahan meliputi, sikap atau tingkah laku serta keterampilan. Semua perubahan yang terjadi dari proses belajar disebut hasil belajar. Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang diamati dan diukur dalam perubahan sikap dan keterampilan ( Hamalik, 1996).
Menurut Nawawi (1995), hasil belajar merupakan tindakan atau tingkat keberhasilan seseorang dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah mata pelajaran. Hasil belajar mempunyai bentuk-bentuk, diantaranya:
1. Kebiasaan sebagai pernyataan hasil belajar
2. Keterampilan sebagai pernyataan hasil belajar
3. Hafalan melalui proses asosiasi
4. Kemampuan analisis serta sikap
5. Kecakapan memecahkan masalah
Hasil belajar tidak hanya berfungsi untuk mengetahui sejauh mana kemajuan siswa tetapi sebagai alat untuk memotivasi siswa agar lebih giat dalam belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar:
1. Faktor Internal yang berasal dari dalam diri siswa
2. Faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa baik orang-orang sekitar maupun lingkungan.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan hasil belajar dalam penelitian ini adalah tingkat pemahaman siswa tentang konsep fisika yang diukur dengan tes dan pengamatan, sehingga akan terjadi perubahan dalam siswa tersebut yang dinyatakan dalam tiga aspek yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik.
2.1.7. Ruang Lingkup Materi
Jenis dan Hukum Pemantulan
Pemantulan cahaya oleh permukaan-permukaan halus seperti cermin datar disebut pemantulan teratur (specular reflection). Pemantulan cahaya oleh permukaan kasar disebut pemantulan baur atau pemantulan difus (difuse reflection)

Gb. Pemantulan teratur Gb. Pemantulan baur.
Sumber : PUSTEKKOM, 2005 Sumber : PUSTEKKOM, 2005





Hukum pemantulan
Bunyi hukum pemantulan:
1. Sinar datang, sinar pantul dan garis normal berpotongan pada satu titik dan terletak pada satu bidang datar
2. Sudut datang (i) sama dengan sudut pantul.

Sumber : PUSTEKKOM, 2005

Pemantulan pada cermin datar.
Cermin datar adalah cermin yang permukaannya berupa bidang datar. Biasanya cermin datar dapat digunakan untuk bercermin. Sewaktu bercermin tampak bahwa bayangan akan sama besar dengan benda, jarak benda terhadap cermin sama dengan jarak bayangan ke cermin. Tampak juga bahwa bayangan menghadap berlawanan arah. Dari penjelasan di atas maka sifat bayangan pada cermin datar dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Maya
2. Sama besar dengan bendanya (perbesaran = 1)
3. Tegak menghadap berlawanan arah terhadap bendanya
4. Jarak benda ke cermin sama dengan jarak bayangan ke cermin

Gb. Pembentukan bayangan pada cermin datar
Sumber : PUSTEKKOM, 2005

Pemantulan pada cermin cekung.
Apabila cahaya dijatuhkan pada cermin cekung maka cahaya tersebut akan terkumpul pada satu titik yang disebut titik fokus. Cermin cekung disebut juga cermin positif. Cermin cekung bersifat mengumpulkan cahaya. Pada cermin cekung terdapat tiga sinar istimewa. Disebut sinar istimewa karena sinar-sinar ini mempunyai sifat pemantulan yang mudah dilukis. Ketiga sinar istimewa tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sinar datang sejajar sumbu utama dipantulkan melalui titik Fokus (F)
2. Sinar datang melalui fokus F dipantulkan sejajar sumbu utama
3. Sinar datang melalui titik pusat lengkung M dipantulkan kembali ke titik pusat lengkung tersebut.
Sumber : PUSTEKKOM, 2005
Persamaan pada cermin lengkung.
Cermin lengkung adalah cermin yang permukaan pantulnya berupa bidang lengkung. Jika permukaan lengkungnya dibagian dalam dinamakan cermin cekung, sedangkan jika permukaan lengkungnya di bagian luar dinamakan cermin cembung. Pada cermin lengkung berlaku jarak focus sama dengan setengah jari-jari kelengkungan cermin. Secara matematis dapat ditulis,
R (2.1)
Bayangan yang dibentuk oleh cermin lengkung baik cermin cekung maupun cermin cembung dapat lebih besar dan lebih kecil daripada ukuran bendanya. Jika ukuran bayangan lebih besar daripada ukuran benda maka bayangan dapat dikatakan diperbesar. Jika ukuran bayangan lebih kecil daripada ukuran benda maka dikatakan bayangan diperkecil. Perbesaran bayangan dilambangkan dengan M, tinggi benda h, tinggi bayangan dengan h’. perbesaran bayangan pada cermin lengkung dapat dirumuskan sebagai berikut:
M = =- (2.2)
Rumus umum pada cermin lengkung adalah sebagai berikut:
+ = (2.3)
Dimana s adalah jarak benda ke cermin, s’ adalah jarak bayangan ke cermin dan f adalah fokus cermin.

Pemantulan pada cermin cembung

Sumber : PUSTEKKOM, 2005

Pembiasan Cahaya
Peristiwa pembelokkan cahaya ketika cahaya mengenai bidang batas antara dua medium disebut pembiasan cahaya. Pada peristiwa pembiasan cahaya berlaku hokum Snellius tentang pembiasan yang dikenal dengan Hukum I Snellius dan Hukum II Snellius.
Hukum Snellius tentang pembiasan berbunyi sebagai berikut:
 Sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
 Jika sinar datar dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat, maka sinar dibelokkan mendekati garis normal. Sebaliknya, sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat maka sinar dibelokkan menjauhi garis normal.

Rumus-rumus pembiasan cahaya
n1 sin θ1 = n2 sin θ2 (2.4)
v1 n1 = v2 n2 (2.5)
λ1 n1 = λ2 n2 (2.6)
dimana n1, n2 adalah indeks bias mutlak medium 1 dan 2. V adalah cepat rambat cahaya, λ adalah panjang gelombang cahaya dan θ adalah sudut datang.
Alat- alat optik
Penerapan cermin dan lensa dalam kehidupan sehari-hari adalah peralatan optik. Contoh dari peralatan optik tersebut adalah mata, kamera, lup, mikroskop, teropong.
2.2 Penelitian Yang Relevan
Salastri Rohiat (2005) menemukan bahwa hasil belajar siswa dengan pengajaran berbasis komputer lebih meningkat dibandingkan dengan hasil belajar siswa dengan pengajaran tradisional. Data hasil postest (tes akhir) pada kelas dengan pengajaran berbasis komputer diperoleh rata-rata 79,76 sedangkan hasil posttest untuk kelas dengan pengajaran tradisional diperoleh rata-rata 73,49.
Zahrul Gusti Zailani (2007) menemukan bahwa penggunaan media pengajaran komputer pada konsep usaha dan energy dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan belajar tiap siklus yang mengalami kenaikan persentase. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2008) menunjukkan model Cooperative Type Team Games Tournament dengan media pembelajaran berbasis mulitimedia pada konsep gelombang elektromagnetik dapat meningkatkan hasil belajar pemahaman konsep pada siklus I dengan skor rata-rata 77,54 meningkat menjadi 90,15 pada siklus II. Daya serap 77,54% pada siklus I meningkat menjadi 90,15% pada siklus II.






2.3 Kerangka Berpikir
Berdasarkan konsep kerangka teoritis di atas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah:















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Pada penelitian ini, akan dilakukan interaksi tindakan dalam pengajaran fisika pada konsep Optik Geometris yaitu PBM melalui model ARCS( Attention, Relevance, confidence, Satisfaction) dengan media pembelajaran berbasis komputer untuk memvisualisasi konsep-konsep fisika yang sifatnya abstrak.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X.E SMAN 2 Kota Bengkulu yang jumlahnya 34 orang, terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Dengan kemampuan siswa yang heterogen.
3.3 Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilakukan di SMAN 2 Kota Bengkulu yang direncanakan dari tanggal 20 April- 20 Mei 2009
3.4 Prosedur Penelitian
Menyadari bahwa dalam pelaksanaan tindakan belum dapat mencapai hasil yang optimal dalam satu kali kegiatan, maka penelitian ini minimal menggunakan tiga siklus kegiatan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah didesain dalam faktor yang ingin diteliti.
Setiap siklus terdiri dari rencana tindakan (Planning), pelaksanaan Tindakan (Action), observasi (Observation), dan Refleksi (Reflection). Secara rinci prosedur penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
3.4.1 Pra Tindakan
Sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu dilakukan pengamatan kelas. Pengamatan bertujuan untuk mengetahui kondisi pengajaran fisika. Hal-hal yang diamati adalah kegiatan guru dan siswa di kelas selama proses pembelajaran serta kemampuan siswa memahami materi.
3.4 2. Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini akan dilakukan dalam beberapa siklus dan tiap siklus dijadikan untuk perbaikan pelajaran. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai sesuai dengan faktor-faktor yang ingin diselidiki yaitu hasil belajar siswa dengan model pembelajaran ARCS, tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: (1) Perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan Tindakan ( action), (3) Observasi ( observation), (4) refleksi ( reflection)
1. Siklus I
Langkah-langkah yang dilakukan untuk melaksanakan tindakan pada siklus I adalah:
Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: Perencanaan (planning), Pelaksanaan Tindakan ( action), Observasi ( observation), refleksi ( reflection).
1. Perencanaan ( Planning).
Rencana tindakan ini disusun berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan pada tahap pra tindakan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah:
a. Menyusun Silabus konsep
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk sub materi siklus I tentang pemantulan cahaya dengan model pembelajaran ARCS.
c. Membuat skenario model pembelajaran ARCS
d. Mempersiapkan LDS untuk siklus I
e. Mempersiapkan soal tes siklus I
f. Membuat kunci jawaban soal tes siklus I
g. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas guru
h. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa
i. Mempersiapkan lembar penilaian unjuk kerja
2. Pelaksanaan Tindakan ( action)
Tahap pelaksanaan tindakan siklus I akan dilaksanakan selama 2 x 45 menit. Adapun kegiatan yang dilakukan mengacu kepada Skenario Pembelajaran siklus I yaitu:
 Tahap Attention
Pada tahap ini guru memotivasi siswa melalui cerita kejadian alam yang berhubungan dengan materi pemantulan cahaya dan kemudian mengajukan beberapa pertanyaan prsayarat.
 Tahap Relevance
Pada tahap ini guru menyampaikan tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam pembelajaran serta menyampaikan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk sekarang atau yang akan datang
 Tahap Confidence
Pada tahap ini guru menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan media pembelajaran berbasis Microsoft Power Point. Kemudian siswa membentuk kelompok sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh guru dan melaksanakan diskusi kelompok.
 Tahap Satisfaction
Pada tahap ini guru memberikan penguatan dan penghargaan kepada siswa yang kinerjanya bagus.
 Tahap Asessement
Pada tahap ini guru memberikan soal persiklus agar dapat dikerjakan secara individu oleh siswa.
3. Observasi ( observation)
Pelaksanaan observasi ini dilakukan oleh 2 orang pengamat, untuk mengisi lembar aktivitas guru dan aktivitas siswa. Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Lembar observasi siswa digunakan untuk mengamati keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.


4. Refleksi ( reflection)
Pada tahapan ini diadakan analisis terhadap hasil observasi maupun hasil tes. Dari data yang dievaluasi dapat dilihat tingkat keberhasilan yang telah dilaksanakan. Data yang di refleksi tersebut digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan yang telah dilakukan sekaligus menganalisis faktor-faktor penyebabnya. Dari kegiatan refleksi tersebut diperoleh data. Dari data tersebut dapat digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya atau membuat rencana tindakan pada siklus II.
II. Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi dan analisis pada siklus I, maka apabila kriteria keberhasilan pada siklus I belum terpenuhi, perlu dilakukan perbaikan pada siklus II. Siklus II dilakukan untuk sub materi pembiasan cahaya Siklus ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Perencanaan ( Planning)
Pada tahap ini disusun rencana tindakan sebagai berikut:
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk sub materi siklus II tentang Pembiasan Cahaya
b. Membuat skenario model pembelajaran ARCS
c. Mempersiapkan LDS
d. Mempersiapkan soal tes siklus II
e. Membuat kunci jawaban soal tes siklus II
f. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas guru
g. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa
h. Mempersiapkan lembar penilaian unjuk kerja
i. Mempersiapkan alat dan bahan eksperimen
2. Pelaksanaan Tindakan ( action)
Tahap pelaksanaan tindakan siklus II akan dilaksanakan selama 2 x 45 menit. Adapun kegiatan yang dilakukan mengacu kepada Skenario Pembelajaran siklus II yaitu:
 Tahap Attention
Pada tahap ini guru memotivasi siswa melalui cerita kejadian alam yang berhubungan dengan materi pembiasan cahaya dan kemudian mengajukan beberapa pertanyaan prsayarat.
 Tahap Relevance
Pada tahap ini guru menyampaikan tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam pembelajaran serta menyampaikan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk sekarang atau yang akan datang
 Tahap Confidence
Pada tahap ini guru menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan media pembelajaran berbasis Microsoft Power Point. Kemudian siswa membentuk kelompok sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh guru dan melaksanakan diskusi kelompok.
 Tahap Satisfaction
Pada tahap ini guru memberikan penguatan dan penghargaan kepada siswa yang kinerjanya bagus.
 Tahap Asessement
Pada tahap ini guru memberikan soal persiklus agar dapat dikerjakan secara individu oleh siswa.

3. Observasi ( observation)
Pelaksanaan observasi ini dilakukan oleh 2 orang pengamat, untuk mengisi lembar aktivitas guru dan aktivitas siswa. Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Lembar observasi siswa digunakan untuk mengamati keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
4. Refleksi ( reflection)
Pada tahapan ini diadakan analisis terhadap hasil observasi maupun hasil tes. Dari data yang dievaluasi dapat terlihat tingkat keberhasilan yang telah dilaksanakan. Data yang di refleksi tersebut digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan yang telah dilakukan sekaligus menganalisis faktor-faktor penyebabnya. Dari kegiatan refleksi tersebut di peroleh data. Dari data tersebut dapat digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya atau membuat rencana tindakan pada siklus III.

III. Siklus III
Berdasarkan hasil refleksi dan analisis pada siklus II, maka apabila kriteria keberhasilan pada siklus II belum terpenuhi, perlu dilakukan perbaikan pada siklus III. Siklus III dilakukan dengan tahap-tahap:
1. Perencanaan ( Planning).
Pada tahap ini disusun rencana tindakan sebagai berikut:
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk sub materi siklus III tentang Pembiasan Cahaya model pembelajaran ARCS.
b. Membuat skenario model pembelajaran ARCS
c. Mempersiapkan LDS
d. Mempersiapkan soal tes siklus III
e. Membuat kunci jawaban soal tes siklus III
f. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas guru
g. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa
h. Mempersiapkan lembar penilaian unjuk kerja
2. Pelaksanaan Tindakan ( action)
Tahap pelaksanaan tindakan siklus III akan dilaksanakan selama 2 x 45 menit. Adapun kegiatan yang dilakukan mengacu kepada Skenario Pembelajaran siklus III yaitu:
 Tahap Attention
Pada tahap ini guru memotivasi siswa melalui cerita kejadian alam yang berhubungan dengan materi pemantulan cahaya dan kemudian mengajukan beberapa pertanyaan prsayarat.
 Tahap Relevance
Pada tahap ini guru menyampaikan tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam pembelajaran serta menyampaikan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk sekarang atau yang akan datang
 Tahap Confidence
Pada tahap ini guru menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan media pembelajaran berbasis Microsoft Power Point. Kemudian siswa membentuk kelompok sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh guru dan melaksanakan diskusi kelompok.
 Tahap Satisfaction
Pada tahap ini guru memberikan penguatan dan penghargaan kepada siswa yang kinerjanya bagus.
 Tahap Asessement
Pada tahap ini guru memberikan soal persiklus agar dapat dikerjakan secara individu oleh siswa.

3. Observasi ( observation)
Pelaksanaan observasi ini dilakukan oleh 2 orang pengamat, untuk mengisi lembar aktivitas guru dan aktivitas siswa. Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Lembar observasi siswa digunakan untuk mengamati keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
4. Refleksi ( reflection)
Pada tahapan ini diadakan refleksi sekaligus analisis terhadap data-data yang telah diperoleh selama pembelajaran dan observasi, kemudian direfleksi untuk melihat kekurangan-kekurangan yang ada, mengkaji apa yang telah dan belum terjadi, mengapa terjadi demikian, dan langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk perbaikan. Hasil refleksi ini digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya atau membuat rencana tindakan pada siklus selanjutnya jika diperlukan.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrument penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:
1. Lembar Observasi
Observasi merupakan suatu teknik yang dilakukan dengan cara teliti dan sistematik. Pada penelitian ini yang diobservasi adalah aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran menggunakan model ARCS. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa disusun berdasarkan tahapan model pembelajaran ARCS seperti pada tabel 3.1 kisi-kisi lembar observasi guru dan siswa.
Tabel 3.1 kisi-kisi lembar observasi guru dan siswa
Tahapan Guru Siswa
No Butir Jumlah Butir No. Butir Jumlah Butir
Kegiatan Inti
- Attention
- Relevance
- Confidence
- Satisfaction
- assesement
1, 2,3
4
5, 6, 7, 8,9
11
10
3
1
5
1
1
1, 2,3
4
5, 6, 7, 8,9
11
10
3
1
5
1
1

2. Tes
Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa. Menurut Sudjana (1989) tes adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk menndapatkan jawaban yang diharapkan baik secara tertulis atau perbuatan. Tes yang dilakukan berupa tes siklus. Adapun bentuk tes yang digunakan yaitu tes objektif.



Tabel 3.2 kisi-kisi Soal tes persiklus
Konsep Siklus Sub konsep Jenjang Kognitif Jumlah
Butir


Butir soal
C1 C2 C3
Optic
Geometrik I Pemantulan Cahaya 1, 3,9 ,5,7,10 4,6,8 10
II Pembiasan Cahaya 1,3,9,2 5,7,10 4,6,8 10
III Peralatan Optik 1,6,8 2,3,10 4,5.7,9 10

3. Kinerja Ilmiah (Perfomance)
Kinerja Ilmiah (performance) dilakukan melalui kegiatan pengamatan terhadap aktivitas siswa sebagaimana terjadi ( unjuk kerja, tingkah laku dan interaksi).
Teknik Pengumpulan Data
1. Data hasil belajar
Untuk memperoleh data hasil belajar persiklus digunakan tes hasil belajar. Tes siklus I digunakan untuk memperoleh data pada siklus I. Tes dilaksanakan pada akhir pelajaran dan siswa diberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang telah diberikan oleh guru.

2. Data observasi
Data observasi diperoleh dengan mengadakan pengamatan aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran ARCS berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi diisi oleh 2 orang observer dimana observer dilakukan oleh guru bidang studi fisika dan teman sejawat.
3. Lembar Unjuk Kerja
Untuk mendapatkan data hasil lembar unjuk kerja maka digunakan lembar penilaian unjuk kerja untuk melihat sikap dan perilaku siswa pada proses pembelajaran dilaksanakan.
3.6 Teknik Analisis Data
3.6.1 Analisis Data Penilaian Pemahaman Konsep Siswa.
Hasil tes yang diperoleh dari penelitian ini diolah dengan menggunakan nilai individu, nilai rata-rata siswa dan kriteria belajar berdasarkan pada penilaian acuan patokan yaitu berdasarkan tingkat daya serap berdasarkan tingkat daya serap dan ketuntasan belajar. Nilai rata-rata kelas dihitung dengan menggunakan persamaan (Sudjana, 1989:109)
X = (3.1)
Dimana, ∑x adalah jumlah nilai seluruh siswa dan N adalah jumlah siswa. Daya serap siswa dihitung dengan menggunakan persamaan (Depdiknas, 2002):
Ds = (3.2)
Dimana Ds adalah daya serap siswa, Ns adalah jumlah nilai seluruh siswa, Ni adalah nilai ideal dan S adalah jumlah peserta tes.
Berdasarkan kegiatan belajar mengajar yang telah disepakati dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMA Negeri 2 Kota Bengkulu, menyatakan ketuntasan belajar untuk individu: jika siswa mendapat nilai ≥ 65 dan untuk kelompok: jika ≥ 85% mendapat nilai ≥ 65. Persentase ketuntasan belajar dapat dihitung dengan persamaan (Depdiknas, 2002):
KB = (3.3)
Dimana KB adalah ketuntasan belajar, Ns adalah jumlah siswa yang nilainya ≥ 65 dan N adalah jumlah seluruh siswa.
3.6.2 Analisis Data Observasi Aktivitas Guru dan Aktivitas Belajar Siswa
Data observasi digunakan untuk merefleksi siklus yang dilakukan dan diolah menggunakan rumus sebagai berikut:
Rata-rata skor = (3.4)
Skor tertinggi = jumlah butir observasi x skor tertinggi tiap butir observasi.
Untuk observasi aktivitas guru skor tertinggi tiap butir observasi = 3 sedangkan jumlah butir observasi adalah 11, maka skor tertinggi adalah 33. Kisaran nilai untuk setiap kriteria pengamatan adalah:
Kisaran nilai untuk kriteria pengamatan adalah:
Kisaran nilai untuk tiap kriteria = = (3.5)
Jadi kisaran nilai untuk kriteria pengamatan adalah :
Tabel 3.3 interval kategori penilaian observasi aktivitas guru

No Interval Kriteria Penilaian
1 11-18 Kurang
2 19-26 Cukup
3 27-33 Baik
Untuk observasi aktivitas siswa skor tertinggi tiap butir observasi = 3 sedangkan jumlah butir observasi adalah 11, maka skor tertinggi adalah 33. Kisaran nilai untuk setiap kriteria pengamatan adalah:
Kisaran nilai untuk kriteria pengamatan adalah:
Kisaran nilai untuk tiap kriteria = = (3.6)
Jadi kisaran nilai untuk kriteria pengamatan adalah :





Tabel 3.4 interval kategori penilaian observasi aktivitas siswa
No Interval Kriteria Penilaian
1 11-18 Kurang
2 19-26 Cukup
3 27-33 Baik

3.6.3 Analisis Data Penilaian Kinerja Ilmiah
Penilaian kinerja ilmiah siswa diperoleh dari nilai unjuk kerja siswa pada saat melakukan kegiatan eksperimen. indikator penilaian unjuk kerja dalam penelitian ini adalah (1) mempersiapkan alat dan bahan, (2) melakukan percobaan, ( membaca hasil). Skor tertinggi tiap item adalah 3, maka jumlah skor tertinggi adalah 9
Tabel. 3.5 kisaran nilai untuk tiap kriteria pengamatan:
No Indikator Skala penilaian
3 2 1
1 Mempersiapkan alat dan bahan
2 Melakukan percobaan
3 Membaca hasil

Penentuan kisaran dan nilai untuk tiap kriteria pengamatan menggunakan persamaan berikut:
Kisaran nilai untuk tiap kriteria = = 9/3= 3 (3.7)
3.7 Indikator Kinerja
Indikator kinerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Daya serap Klasikal
Daya serap menunjukkan ketercapaian indikator yang diharapkan dan akan digunakan sebagai bahan refleksi dalam perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya. Daya serap yang diharapkan ditentukan berdasarkan Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (SKKM) yaitu ≥ 85% yang diterapkan oleh sekolah. Dengan demikian, daya serap siswa secara klasikal adalah apabila lebih dari 85% siswa memperoleh nilai diatas 65
2. Ketuntasan Belajar.
Proses pembelajaran dikatakan mencapai ketuntasan apabila:
Untuk individu: siswa mendapat nilai ≥ 65
Untuk kelompok: 85% siswa mendapat nilai ≥ 65.


PEMANFAATAN MEDIA KOMPUTER BERBASIS SOFTWARE MICROSOFT OFFICE POWER POINT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ARCS (ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, SATISFACTION) DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP OPTIK GEOMETRIK
KELAS X.E SMAN 2 KOTA BENGKULU






PROPOSAL PENELITIAN
OLEH :
SEPTI HERLINDA PUSVITA
A1E005018


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2009
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Microsoft Powerpoint. http://www2.ukdw.ac.id/kuliah/si/SI4012/materi/pp.pdf. (2/3/2009 4:41)
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Asnaldi, Arie. Pengertian Belajar, Motorik Dan Gerak Menurut Para Ahli. http://elearning-po.unp.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=114&Itemid=222. (2/3/2009 4:25)
Chairani, Zahra. 2005. MODEL ARCS DALAM PEMBELAJARAN (Hubungannya dengan Aspek Kecakapan Hidup). http://p4tkmatematika.org/downloads/limas/model%20ARCS%20dalam%20pembelajaran.pdf. (2/3/2009 5:04 PM)
Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Banjarmasin: Rineka Cipta.
Gumawang, Atang. 2005. Belajar Otodidak Word, Excel, Power Point XP Plus Internet. Bandung: Informatika.
Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Haryono. 2009. Azas-Azas Dan Ruang Lingkup Antropologi. http://haryono10182.wordpress.com/. (2/3/2009 4:52PM)
Kiranawati.2007.Model Pembelajaran ARIAS. http://gurupkn.wordpress.com/2007/12/22/model-pembelajaran-arias/. (2/3/2009 5:04)
Muslich, Masnur. 2007. KTSP. Malang: Bumi Aksara.
Muslimin, Ibrahim. 2008. Model Pendidikan Budi Pekerti Dari Alam Sekitar. http://sainsmuslimin.blogspot.com/2008_09_01_archive.html. (22/2/2009 10:52).
Sakti, Indra dan Connie. 2002. Pedoman Penulisan Skripsi dan Karya Tulis Ilmiah. Bengkulu : Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Bengkulu.
Slameto. 1987. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara.
Soetomo. 1993. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Usaha Nasional: Surabaya.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 1989. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.
Sudjana, Nana. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Supriyati, Yetti dan Sri Anita. 2007. Strategi Pembelajaran Fisika. Bengkulu : Universitas Terbuka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SILAHKAN BERI KOMENTAR